Kemarin, tepatnya di lantai 21 Gedung Kementerian BUMN, kedua belah pihak berkumpul. Mereka menandatangani PerjanÂjian Pembelian Saham Bersyarat (
Conditional Shares Purchase Agreement/CSPA). Detailnya, BTN membeli 33 ribu lembar saham senilai Rp 114,3 miliar.
Direktur Utama Bank BTN Maryono mengakui, aksi ini sudah ada dalam Rencana BisÂnis Bank (RBB) periode 2019-2021. "Kami ingin memperluas cakupan bisnis. Terutama untuk meningkatkan kinerja bisnis dan menyukseskan Program Satu Juta Rumah," ujarnya di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, kehadiran anak usaha tersebut, BTN bisa lebih leluasa menghimpun dan meÂnyediakan dana murah jangka panjang. Harapannya, dapat memberikan skema pembayaran perumahan yang lebih terjangÂkau bagi masyarakat. Alhasil, semakin banyak yang memiliki rumah.
Maryono juga pede, aksi ini bisa meningkatkan pendapatan nonbunga (fee based income) BTN. Pasalnya, perseroan berencana menjual berbagai produk investasi. Seperti reksadana, Reksadana Penyertaan Terbatas (RDPT), Kontrak Pengelolaan Dana (KPD), Efek Beragun Aset (EBA), dan Dana Investasi Real Estate (DIRE). Juga akan menjajakan aneka produk wealth management yang akan ditawarÂkan kepada para nasabah BTN Prioritas.
Namun di balik itu semua, dia menyebut, akuisisi PNMIM sebaÂgai bentuk sinergi antar BUMN. "Kami juga melihat PNMIM mencatatkan kinerja keuangan yang baik yang dapat mendukung bisnis utama BTN di bidang pemÂbiayaan perumahan," tuturnya.
Rencana pembelian saham PNMIM ini akan segera disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan diharapkan rampung Juni 2019. Lewat aksi korporasi ini, BTN juga memÂbidik Rp 50 triliun dari Tapera. Kata Maryono, kinerja PNMIM sangat memuaskan. Terbukti beÂrada di peringkat 26 dengan dana kelola mencapai Rp 8 triliun.
Dia mengatakan, dengan pengambilalihan saham ini produk PNMIM akan semakin luas termasuk mencakup sektor perumahan. Pasalnya, Bank BTN sendiri merupakan Bank plat merah yang memang fokus menyalurkan kredit perumaÂhan. "Pertama bisa mengelola dana yang dikelola Tapera yang jumlahnya begitu banyak yang sehingga kalau kita punya IM sendiri potensi IM PNM ini akan lebih cepat berkembangnya," tuturnya.
Maryono menegaskan, dana Rp 50 triliun tersebut belum termasuk pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang memang juga menjadi fokus BTN. "Hitung-hitungan kasar, dana kelola Tapera itu sekitar Rp 114 triliun kalau menggunakan seluruh Indonesia. Kalau dari Rp 114 triliun kalau kita punya IM, kita bisa mendapatkan dana kelola itu Rp 50 triliun. Belum termasuk membiayai KPR nya," jelasnya.
Maryono pede dana tersebut bisa membiayai KPR bersubsidi maupun nonsubsidi. Hitungan dia, jika harga satu rumah Rp 150 juta, setidaknya ada 3 juta yang bisa dikelola. Sehingga, sangat besar potensi pengelolaan dana tersebut.
Direktur Utama PNM Arief Mulyadi menyebut, dengan akuisisi ini diharapkan usahanya bisa ikut berkontribusi di sektor perumahan, terutama perumahan rakyat. "Jadi ini melengkapi sinergi BUMN, antara BTN denÂgan PNM. Harapannya PNM IM bisa lebih profesional dan meÂlayani masyarakat," katanya.
Selain itu, Arief menegaskan, masuknya BTN ke PNM IM tak banyak mengubah rencana peruÂsahaan sebelumnya. Hanya saja, akuisisi ini justru bakal meningkatkan pendapatan bagi induk usaha, yakni PNM. "Perubahan tentu ada, tapi yang jelas ikut menambah laba perusahaan," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: