Direktur Utama KAI Edi Sukmoro mengungkapkan, peÂnunjukan perseroannya sebagai operator sangat ditunggu.
Pasalnya, deadline pengerjaan KCJB ditargetkan bakal beroperasi pada Tahun 2021. Masih ada waktu satu hingga dua tahun lagi tapi KAI membutuhkan waktu untuk persiapan teknis salah satunya, sumber daya manusia (SDM).
Atas dasar itu maka penunÂjukan secara resmi dianggap sudah mendesak. Meski KAI memiliki
track record yang panjang dalam bidang kereta api tapi secara teknis tentu ada perÂbedaan antara kereta commuter line dengan kereta cepat.
"Kami masih menunggu kepuÂtusan KCIC. Dibutuhkan waktu untuk melatih SDM. Jika tidak segera dimulai pelatihannya," kata Edi di sela-sela Rapat Koordinasi (Rakor) BUMN di Bontang, peÂkan lalu.
Dia khawatir kalau tidak segera diputuskan saat ini maka persiapan tidak bisa maksimal. "Kalau tidak disiapkan ya nanti saat pembangunan KCJB selesai di akhir 2019, SDM bisa tidak siap," terangnya.
Menurutnya, KCJB merupaÂkan layanan publik sehingga KAI sebagai perusahaan milik negara sangat layak menjadi operator KCJB.
"Di Indonesia untuk layanan kereta api itu ada layanan publiknya. Coba bayangkan, misalnya kereta swasta masuk tanpa ada kolaborasi, lalu terjadi gangguan, maka dia langsung memberhenÂtikan layanannya. Keputusan itu berbeda dengan KAI," jelasnya.
Edy mengatakan pihaknya teÂlah menyurati konsorsium KCJB yaitu PT Kereta Cepat Indonesia-China (KCIC). Poin utama isi surat tersebut untuk mewujudkan niatan KAI menjadi operator. KAI juga menegaskan bahwa pihaknya berkeinginan bisa menjadi operator tanpa melalui proses pelelangan dengan pihak lain. "Saya berharap tidak ada lelang operator," tuturnya.
Dia menjelaskan alasan ingin menjadi operator tunggal adalah ingin memastikan layanan publik yang menurutnya sudah terjamin.
Bakal DilelangMenanggapi hal itu, Direktur Jenderal Perkeretaapian Zulfikri menjelaskan bahwa KemenÂterian tidak bisa menentukan penunjukan operator. "MengiÂkuti keputusan bersama, mau dijadikan apa nanti. Karena kan itu investasi," ujarnya di Jakarta, Jumat (2/11).
Namun, dia juga tidak meÂnampik kebutuhan KAI untuk menjadi operator kereta cepat. Sebab, bisa jadi akan dilakukan lelang oleh KCIC.
Zulfikri menjelaskan, pada dasarnya pemerintah memberiÂkan beberapa izin kepada KCIC yakni sebagai badan usaha memÂbangun prasarana dan badan usaha prapenyelenggara sarana.
"Itu hak yang membangun, merawat dan mengoperasikan," jelasnya.
Menurutnya, baik KAI dan KCIC sudah termasuk konsorÂsium yang pemegang sahamnya adalah PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia. Dengan demikian hal tersebut bisa dikatakan secara bisnis untuk bisnis.
"Itu hak yang membangun, merawat dan mengoperasikan. Ini sifatnya investasi dari KCIC, tapi bisa saja. Ini akan diajukan peÂmerintah. Apakah akan kerjasama atau dengan badan usaha yang lain," katanya. Proyek KCJB ini juga sempat molor namun pengerjaan KCJB kembali dikeÂbut. Proyek tersebut ditargetkan bisa beroperasi pada Maret 2021
President of China Railway Corporation Lu Dongfu dalam keterangannya menjelaskan teknologi kereta cepat China memiliki teknologi konstruksi dalam pembuatan, sistem konÂtrol operasional kereta, teknoloÂgi
power supply traksi, teknologi manajemen operasional, dan teknologi pencegahan dan pengendalian risiko.
"Kita lengkapi teknologi konstruksi subgrade tanggal 2 Mei metode konstruksi yang cocok untuk kereta cepat di setiap lapisan," katanya. ***
BERITA TERKAIT: