Pakar Ekonomi Pastikan Aktifitas Ekonomi Indonesia Baik

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/'></a>
LAPORAN:
  • Selasa, 14 Agustus 2018, 20:11 WIB
Pakar Ekonomi Pastikan Aktifitas Ekonomi Indonesia Baik
Pakar ekonomi dari Universitas Gajah Mada Tony Prasetiantono, saat memberikan keterangan pers di Jakarta, Selasa, (14/8).
rmol news logo Dampak krisis ekonomi yang melanda sejumlah negara di Eropa, berimbas kepada nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Bukan hanya Indonesia, sejumlah negara di Asia Tenggara mengalami dampak krisis.

Pemerintah dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo - Jusuf Kalla, saat ini terus berupaya melakukan strategi ekonomi agar tidak terjadi gejolak di tengah masyarakat, khususnya bagi pelaku bisnis.

Bila pemerintah tidak cepat melakukan upaya dan mencari solusi, maka tidak mustakhil mata uang rupiah akan semakin terpuruk. Situasi sulit ini diperkirakan akan berlangsung cukup lama hingga pertengahan 2019 mendatang.

Terkait dengan merosotnya mata uang rupiah terhadap dollar AS, Pakar ekonomi dari Universitas Gajah Mada A.Tony Prasetiantono menilai, terkait dengan merosotnya mata uang rupiah terhadap dollar AS, perkembangan aktivitas riil perekonomian global masih sangat baik, ditunjukkan oleh tingkat pertumbuhan.

"AS menjadi salah satu negara dengan kinerja ekonomi paling menjanjikan, dengan pertumbuhan yang berada dalam tren peningkatan. Pertumbuhan ekonomi diikuti tingkat pengangguran yang terus menurun hingga menyentuh 3,8% pada bulan Mei 2018 atau terendah dalam 18 tahun," kata Tony, saat diskusi yang digelar JMC dengan tajuk 'Strategi dalam Mengantisipasi Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah terhadap dollar AS' di Kawasan Haji Nawi, Jakarta, Selasa (14/8).

Ke depan, lanjut Tony,  aktivitas riil ekonomi global diperkirakan masih solid meski bergerak ke arah moderat yang nampak pada indeks perdagangan internasional (Baltic Dry Index) dan indeks manufaktur (PMI index) yang berada pada arah ekspansif.

"Sementara itu, Pertumbuhan Quartal – 2 tahun 2018 mencapai 5,27% tertinggi sejak tahun 2014 setelah memasuki masa konsolidasi pasca commodity boom pada tahun 2015-2016 Sisi Pengeluaran Kontribusi konsumsi RT meningkat di Quartal -2 2018 sejalan dengan pertumbuhan yang tinggi," katanya.

Tony menegaskan, perdagangan internasional masih menunjukkan kontribusi negatif sejalan dengan tingginya impor terkait aktivitas produksi dalam negeri.

"Selama beberapa bulan, neraca perdagangan Indonesia di 2018 mengalami defisit lebih sering dibanding tahun sebelumnya. Meski ekspor Januari-Mei 2018, tumbuh 9,65%. impor tumbuh lebih cepat khususnya Impor non-migas,"  ucapnya. [rry]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA