Kepala Eksekutif PengaÂwas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen mengamini pernyataan AirlangÂga. Menurutnya, mau tidak mau, dinamika politik pemilu akan berimbas pada ekonomi. Hanya saja yang perlu diperhatikan semua pihak agar dinamika itu memberikan dampak positif.
Karena itu, Hoesen mengajak seluruh pelaku pasar memaksiÂmalkan pertumbuhan ekonomi. Dengan sentimen tersebut, pasar akan memberikan dampak yang baik bagi ekonomi.
"Pada 2018-2019 ini merupaÂkan tahun politik. Tahun depan kita masih menghadapi pilpres dan pileg. Kita tahu di mana dinamika politik memengarÂuhi seluruh elemen, termasuk ekonomi," katanya di Jakarta, kemarin.
Ketua Umum Asosiasi PenguÂsaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani merasakan, kondisi politik saat ini masih lebih adem ketimbang pemilihan gubernur DKI tahun lalu. Meski begitu, sektor ekonomi masih berada daÂlam tren negatif lantaran dampak perekonomian global.
"Tantangan kita tahun ini dan tahun depan akan semakin berat," katanya.
Ketua Umum
Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Franciscus WeÂlirang mengaku, sebagai emiten di bursa harus optimistis mengÂhadapi semua tantangan, salah satunya adalah tahun politik. "Setiap tantangan yang ada kita juga harus mencari kesempatan yang ada," ujarnya.
Menteri Perindustrian AirÂlangga Hartarto optimistis, tahun politik tidak akan mengganggu pertumbuhan industri. Sebab, pemerintah terus menciptakan iklim usaha yang kondusif di dalam negeri untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
"Salah satu tantangan di tahun politik adalah tentang penguaÂtan ekonomi, khususnya pasar modal. Yang perlu diperhatikan tidak hanya market, tetapi juga institusinya," ujarnya.
Menperin menyampaikan, ada dua tantangan bagi perekonoÂmian Indonesia saat ini. Pertama adalah dari sisi politik, di mana akan diselenggarakan pemilu dan pilpres. "Kelancaran peÂnyelenggaraan pesta demokrasi dan keamanan yang kondusif menjadi perhatian penting untuk menjaga stabilitas perekonomian Indonesia," tegasnya.
Tantangan kedua, yakni terkait dengan defisit neraca transaksi perdagangan dan defisit neraca transaksi berjalan. Menurut dia, Presiden Jokowi telah mendorong agar dua hal tersebut bisa ditekan. "Bapak Presiden sudah menginÂgatkan mana yang harus didorong, yaitu neraca dagang dan transaksi berjalan," imbuhnya.
Oleh karena itu, pemerintah berharap agar para industri dan emiten menjaga kinerjanya supaÂya dapat menjaga iklim investasi yang baik di Indonesia.
UMKM Diuntungkan Pengamat Ekonomi dari
InstiÂtute for Development of EconomÂics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara menyeÂbutkan, di tahun politik, usaha yang mengalami peningkatan adalah dari sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Hal ini, dipicu dari kebutuhan barang-barang pemilu yang mayoritas dibuat pengusaha UMKM.
Namun, kondisi itu berbandÂing terbalik pada pengusaha skala menengah hingga besar. Para pelaku usaha akan memperÂtimbangkan soal regulasi yang akan berlaku. Biasanya, perubaÂhan rezim yang berkuasa juga akan mempengaruhi regulasi.
"Andaikata rezimnya berubah, pasti akan sensitif pada bisnis yang mereka geluti. Dan mereka juga bisnisnya jangka panjang. Mereka pastinya masih akan wait and see. Jadi lihat-lihat dulu deh siapa yang bakal jadi ini. Baru mereka akan investasi kalau mereka yakin jagoannya menang dan bisa memberikan kepastian investasi," bebernya.
Solusi itu, sebenarnya ada di pemerintahan. Harus ada jaminan kepastian regulasi. Sehingga, jika rezim berubah tidak berpengaruh pada dunia usaha. "Jadi problem kita yang membuat daya saing kita rendah itu salah satunya adalah, ketidakÂpastian regulasi. Beda rezim beda lagi regulasinya dirubah-rubah. Sehingga bingung penguÂsaha itu," ujarnya. ***
BERITA TERKAIT: