Ketua KPPU Kurnia Toha belum mau menyimpulkan. Alasannya, proses pemantauan belum selesai. "Kami sudah mengirim tim ke berbagai daerah untuk pantau harga. Dan, kami masih melakukan pendalaman secara intensif," ungkap Kurnia kepada
Rakyat Merdeka, baru-baru ini.
Anggota Komisioner KPPU Kodrat Wibowo meminta, berÂsabar menunggu hasil investiÂgasi.
Dia menjelaskan, seluruh hasil investigasi di lapangan nanti akan dianalis dalam rapat bersama. Menurutnya, dari hasil pengumpulan data nanti akan diketahui, apakah ada indikasi kartel atau tidak. Juga akan keÂtahuan, pada rantai distribusi ke berapa harga dimainkan.
"Kalau permainan harga terÂjadi pada level pengecer, KPPU tidak akan mengambil tindakan apa-apa. Karena mereka pedaÂgang perorangan. Tapi kalau terÂjadi pada pemain menengah dan besar kami pasti akan lakukan penindakan," tegasnya.
Penindakan dilakukan KPPU, dipaparkan Kodrat, akan dikeÂnakan sanksi administrasi dan denda sesuai dengan tingkat kerugian yang mereka timbulÂkan. Besarnya mulai dari Rp 1 miliar hingga Rp 25 miliar.
Selain menyelidiki harga teÂlur, KPPU juga sedang mengÂkaji kelangkaan day old chicken (DOC) atau bibit ayam. Direktur Pengawasan Kemitraan KPPU Dedy Sani Ardi mengungkapkan, kemungkinan adanya praktik monopoli cukup besar. Sebab jumlah peternak besar terintegrasi tidak sebanding dengan pertenak kecil. Oleh karena itu KPPU menerjunkan tim ke lapangan untuk menghimpun data.
"Dalam Permentan (Peraturan Menteri Pertanian) disebutÂkan pelaku usaha besar harus mendistribusikan 50 persen DOC ke peternak kecil. Kami sedang mengecek apakah implementasi di lapangan sesuai Permentan atau tidak?" paparnya.
Dedy menuturkan, pihaknya akan mendorong terjadinya keseimbangan antara jumlah peternak terintegrasi dengan mandiri.
Sekretaris Jenderal PerhimpuÂnan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar Indonesia) Leopold Halim memastikan pihaknya tidak pernah bersepakÂat untuk mengatur pembentukan harga.
"Kami selama ini ke anggota hanya menginformasikan harga yang sudah terjadi kepada kepada semua anggota. Kami tidak pernah mengatur harga," kata Halim.
Seperti diketahui, harga telur merangkak naik sejak Hari Raya Idul Fitri. Harga komoditas tersebut melambung hingga Rp 30.000 per kilo gram (kg) dari harga normalnya dikisaran Rp 22.000 per kg. Untuk mencari tahu soal kenaikan itu, MenÂteri Perdagangan (Mendag) Enggartiasto Lukita juga pernah mengumpulkan para pengusaha perunggasan.
Menurut Politisi Partai NasÂdem tersebut, kenaikan harga telur disebabkan tingginya perÂmintaan dampak dari penyeÂlenggaraan piala dunia. Banyak yang meragukan kesimpulan itu. Apalagi, piala dunia sudah selesai, harganya masih mahal. Sampai sekarang Harga telur belum mengalami penurunan signifikan.
Kenaikan Merata Ketua Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) Abdullah Mansuri enggan berspekulasi tentang adanya indikasi kartel di balik tingginya harga telur.
Dia menjelaskan, kenaikan harga telur dan ayam terjadi merata di seluruh daerah. ***
BERITA TERKAIT: