Puluhan sopir truk tidak mensia-siakan pertemuannya dengan Presiden Jokowi di Istana Negara, Jakarta kemarin. Para sopir mengadukan praktik pungli yang mereka sering alami setiap hari. Dari curhatan para sopir, pungli terjadi di semua lintasan baik di Pulau Jawa maupun Sumatera.
Pelakunya mulai dari preÂman jalanan sampai preman berseragam. Untuk besaran pungutannya bervariasi mulai dari puluhan ribu sampai ratuÂsan ribu.
Seorang sopir truk bernama Agus Yuda, rela berjalan kaki dari Sidoarjo untuk datang ke Istana. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk protes terhadap praktik pungli. "Ini bukan senÂsasi, tetapi saya ingin angkutan bebas pungli," katanya.
Agus mengaku harus menyiapkan uang untuk bayar pungli paling sedikit Rp 3 juta untuk mengantar barang. Menurutnya, praktik pungli paling banyak di jalur Sumatera.
"Untuk jalan lintas Sumatera itu bisa (habis) Rp 3 juta sekali jalan, bolak-balik Rp 6 juta," ungkap Agus.
Agus mengungkapkan, selama ini sudah mengadu kepolisian tentang praktik pungli namun tidak ditindaklanjuti. Makanya dia datang ke Istana.
Para sopir umumnya pasrah diperas para preman. Karena, jika melawan, para preman tidak segan-segan melakukan kekerasan. Hal ini diceritakan seorang sopir truk asal Medan. "Kalau kita lewat Desa Bedeng Seng, untuk lewat saja, itu wajib bayar. Kalau nggak, kaca pecah. Kalau nggak, golok sampai di leher," curhatnya.
Dia mengaku di lokasi terseÂbut bisa kena palak Rp 200 ribu. Menurutnya, di Sumsel ada beberapa jalan dikenal sebagai jalur rawan.
Dalam pertemuan ini, ada juga sopir truk yang mengaku dipungli oleh oknum aparat Dinas Perhubungan dan kepoliÂsian. Untuk aparat, biasanya pungutan itu dilakukan terkait dengan adanya pelanggaran aturan seperti truk kelebihan muatan. Dalam pertemuan ini, para sopir berharap pemerintah bisa memberikan rasa aman.
Jokowi mengaku kaget menÂdengar langsung keluhan para sopir truk. "Saya mendengar sedikit (soal pungli) makanya saya ingin denger langsung. Ternyata setelah mendengarkan, banyak. Bahkan sampai ada pakai cap segala. Saya nggak tahu cap apa itu. Kaget dong saya," kata Jokowi.
Jokowi meminta Menteri Perhubungan Budi Karya SuÂmadi dan Wakapolri Komjen Syafruddin yang hadir dalam pertemuan tersebut, untuk segera menertibkan pungli. "Sikat seÂmuanya. Karena sudah terlalu banyak premanisme di jalan," tegasnya.
Jokowi mengatakan, praktik pungli tidak boleh dibiarkan. Selain meresahkan para sopir, pungli menyebabkan biaya loÂgistik tinggi.
Wakapolri Komjen Syafruddin berjanji akan segera menindak tegas pungli.
"Aparat mana? Jembatan TimÂbang tidak ada lagi korek-korek gitu. Dulukan polisi, korek-koÂrek. Nggak ada lagi korek-korek. Kalau itu ketangkap sama ProÂpam, kita pecat," ancamnya.
Dia menuturkan, polisi sekaÂrang berbeda dengan dulu. Gaji dan tunjangan polisi saat ini sudah cukup banyak. Sehingga, polisi sekarang tidak mau melakukan pungli.
Syafruddin yakin yang dikeÂluhkan para sopir bukan oknum polisi tetapi preman jalanan. NaÂmun demikian, dia memastikan akan menindak tegas jika meÂmang tertangkap anak buahnya melakukan hal tersebut. "Kalau ada satu, dua, oknum yang gila, kita akan pecat. Kalau ada lapor ke saya," tegasnya. ***
BERITA TERKAIT: