Kopi mengandung kafein yang dapat memicu adrenalin sehingga peminumnya dapat lebih aktif dan lebih bersemangat dalam beraktivitas.
Karena itulah, Muhammad Yusuf, mau membuat rumah produksi kopi dengan tujuan menyejahteraan petani kopi yang ada di kecamatan Kindang.
Kindang merupakan sebuah kecamatan di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, yang terletak di antara pegunungan Kabupaten Bulukumba, tepatnya di lereng Gunung Lompobattang.
Menurut Yusuf, sejarah dari jenis kopi kindang sudah ada sejak zaman kerajaan dan zaman Belanda. Daerah Kindang terkenal dengan penghasil rempah-rempah terbesar di Indonesia seperti pala, cengkeh dan kopi sehingga membuat nama kindang terkenal. Kopi kindang menjadi minuman para raja dan masyarakat luas.
"Kopi kindang dianggap sebagai minuman yang mampu memberikan stamina bagi laki-laki dan perempuan. Ia memiliki cita rasa yang khas dan unik. Kata kindang sendiri berasal dari kata Belanda yang artinya raja," kata Yusuf, dalam keterangan kepada Kantor Berita Politik RMOL, beberapa saat lalu (Senin, 9/4).
Pada tahun 80-an, jelas Yusuf, kopi kindang sempat diperkenalkan oleh putera-puteri kindang. Hanya saja pada waktu itu masyarakat kindang tidak tertarik dengan dunia kopi dikarenakan tidak memberikan kontribusi besar bagi pendapatan masyarakat setempat. Sementara cengkeh menjadi primadona masyarakat dikarenakan alasan pendapatan.
Padahal, sambungnya, potensi kopi di kindang sangat besar. Bahkan hasil kopi masyarakat kindang selalu dijual murah pada tahun 1980 sampai tahun 2000. Namun, seiring perkembangan zaman, kopi kindang mulai diperkenalkan kembali oleh masyarakat.
Saat ini, Yusuf mulai melakukan berbagai inovasi dan transformasi terkait dengan kopi. Yusuf menggagas brand Kindang Coffe dengan mengambil nama daerah sekaligus daerah tempat dilahirkan dan dibesarkannya.
Yusuf menjelaskan bahwa kindang kopi terdiri dari dua jenis yakni arabica dan robusta. Kualitas kedua jenis kopi ini tidak diragukan lagi. Masyarakat kindang memiliki tradisi menanam pohon dan mengolah kopi dengan cara yang sederhana dan tradisional pada tahun 1980-an. Namun, dengan adanya pengaruh globalisasi serta semakin banyaknya putra putri asli masyarakat kindang yang mengenyam pendidikan di kota-kota besar Indonesia maka pengetahuan dan keterampilan masyarakat kindang mempengaruhi pengetahuan petani terhadap pola bercocok tanam kopi.
"Masyarakat semakin cerdas memproduksi biji-biji kopi yang berkualitas," ungkapnya.
Kindang kopi yang tak lain merupakan produk lokal dan kini telah menjadi komoditi utama yang diperdagangkan sejak dulu hingga ke daratan Eropa. Dibawa oleh para pelaut-pelaut tangguh orang-orang Bulukumba, khususnya orang di Bonto Bahari (Panrita) yang ahli membuat Kapal Phinisi yang telah melegenda.
"Nilai jual lain dari Kopi Kindang merupakan produk organik yang terbebas dari sentuhan pestisida. Karena Kopi Kindang tumbuh di kawasan khusus di bekas letusan Gunung Purba berketingian 800-1800.," demikian Yusuf.
[wid]
BERITA TERKAIT: