Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong baru-baÂru ini menyatakan, investasi Tiongkok di Indonesia saat ini besar sekali porsinya di smelter. Indonesia dinilai telah mengkonversi bahan baku koÂmoditas mentah yang nilainya rendah jadi komponen yang bernilai tinggi dan diekspor.
"Sebelumnya Indonesia mengekspor nikel mentah, sekarang jadi ekspor stainless steel bahkan berkat investasi Tiongkok, Indonesia sudah menÂjadi tiga besar dunia eksportir
stainless steel," katanya.
Thomas menambahkan, inÂvestor Tiongkok juga terus berinvestasi untuk hilirisasi sepÂerti carbon steel atau baja ekstra keras untuk mesin dan motor.
Koordinator Nasional
Publish What You Pay (PWYP), Maryati Abdullah mengatakan, pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam sejatinya diÂoptimalkan untuk kepentingan nasional.
Dalam hal smelter, porsi nilai tambah yang paling beÂsar baik dari sisi investasi, pendapatan, produk peruntukÂkan, maupun terkait perluaÂsan lapangan kerja harusnya memprioritaskan kepentingan dalam negeri.
"Kami minta pemerintah tidak semata menerima inÂvestasi dari luar negeri yang hanya menguntungkan industri negara lain, sementara industri dalam negeri mati suri. Kita juga harus punya strategi inÂdustrialisasi penopang ketahÂanan ekonomi nasional. Porsi investasi bisa naik, nilai ekÂspor bisa tinggi, tapi itu harus ditempatkan dalam kerangka menumbuhkan industri dalam negeri," tegas Maryati. ***
BERITA TERKAIT: