Data hasil monitoring yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Program Coremap-CTI menunjukkan bahwa kondisi dan status terumbu karang Indonesia memiliki kecenderungan positif atau meningkat lebih baik.
Demikian pemaparan peneliti senior LIPI yang juga ahli karang kenamaan, Prof. Dr. Suharsono saat mempresentasikan Indeks Kesehatan Terumbu Karang Indonesia di Gedung CTI Centre, Manado, kemarin. Acara ini diprakarsai Sekretariat Regional Prakarsa Segitiga Karang untuk Terumbu Karang, Perikanan dan Ketahanan Pangan (CTI-CFF) bekerja sama dengan Komisi Nasional CTI-CFF Indonesia yang diwakili oleh Pusat Penelitian Oseanografi (P2O) LIPI.
Sementara itu, Direktur Eksekutif CTI-CFF, Prof. Widi A. Pratikto mengatakan, indeks kesehatan Kkrang Indonesia adalah salah satu upaya pelestarian ekosistem terumbu karang melalui kegiatan monitoring dan evaluasi berkala yang harus disikapi secara positif dalam perspektif kawasan segitiga terumbu karang.
"Langkah ini bisa menjadi contoh bagi lima negara anggota CTI-CFF lainnya, yaitu Malaysia, Papua Nugini, Filipina, Solomon Islands, dan Timor-Leste," ujarnya sebagaimana rilis CTI-CFF yang diterima redaksi di Jakarta.
Dalam presentasi dialogis yang dihadiri oleh pemangku kepentingan di Sulawesi Utara, juga disampaikan bahwa terumbu karang dan biota laut memiliki nilai ekonomis tinggi, sekaligus ekosistem yang sangat rentan terhadap kerusakan.
Nilai indeks kesehatan terumbu karang sendiri terdiri atas dua komponen utama, yaitu bentik dan ikan terumbu karang. Komponen bentik terdiri dari faktor kondisi terkini yang dihitung berdasarkan variabel tutupan karang hidup, dan faktor tingkat resiliensi/potensi pemulihan yang dihitung berdasarkan tutupan fleshy seaweed serta tutupan pecahan karang (
rubble).
Sedangkan komponen ikan terumbu karang, variabel yang digunakan adalah variabel total biomassa ikan ekonomis penting (terdiri dari tujuh famili: Scaridae, Siganidae dan Acanthuridae, Serranidae Lutjanidae, Lethrinidae dan Haemulidae).
"Berdasarkan kedua komponen di atas (bentik dan ikan terumbu karang), maka nilai indeks kesehatan terumbu karang akan berada dalam rentang nilai 1-10 atau dapat diterjemahkan dengan tutupan tinggi, sedang, dan rendah," imbuh Widi.
Semakin sehat terumbu karangnya maka semakin tinggi nilainya. Menurut Widi, secara umum nilai indeks terumbu karang Indonesia berada pada nilai 5, 6 atau 3. Meskipun demikian terdapat setidaknya lima stasiun pengamatan dalam kondisi nilai indeks 10 (sangat baik) dan 14 stasiun dalam nilai 1 (sangat jelek).
Suharsono berharap tren positif status terumbu karang akan lebih meningkat lagi dengan adanya Indeks Kesehatan Terumbu Karang. Indeks tersebut disusun berdasarkan data dan akumulasi pengalaman yang telah dimiliki LIPI selama bertahun-tahun dalam bidang riset dan monitoring terumbu karang di hampir seluruh perairan di Indonesia.
Program Coremap Fase III berlangsung dari tahun 2017 hingga akhir 2020 terdiri dari kegiatan-kegiatan peningkatan kapasitas kelembagaan dalam bidang riset dan monitoring ekosistem pesisir (terumbu karang, lamun dan mangrove), serta kapasitas pengelolaan data dan informasi, baik nasional dan daerah.
Hasil yang dicapai dari kegiatan Coremap sejak fase 1 sampai dengan fase 3 saat ini telah dimanfaatkan oleh para stakeholder, antara lain untuk pembaruan data dan informasi kondisi kesehatan terumbu karang serta lamun di seluruh perairan Indonesia yang dilakukan setiap tahun.
[wid]