"Saya harap IBER bisa menjadi wajah untuk meningkatkan kapasiÂtas riset ekonomi berbaÂsis pengujian konsep dan empiris dan memberi masuÂkan kepada pengambil keÂbijakan ekonomi," kata Wakil Presiden Indonesia 2009-2014 sekaligus Ketua Dewan Pembina IBER, Boediono dalam pelunÂcuran IBER di Jakarta, kemarin.
Menurut Boediono, IBER dibentuk dalam rangka memberi dukungan terÂhadap otoritas kebijakan dan pelaku ekonomi daÂlam menghadapi semakin tingginya risiko perekoÂnomian Indonesia dalam menghadapi situasi global ke depan.
Selain itu, kata BoeÂdiono, IBER merupakan perwakilan jaringan dari para ekonom untuk memÂbangun platform inovatif dalam analisis kebijakan publik yang didukung 13 institusi dari fakultas ekonomi perguruan tinggi maupun institusi riset.
Institusi tersebut antara lain Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia, FEB UniÂversitas Gadjah Mada, FEB Universitas PadjadÂjaran, FEBUniversitas Diponegoro, FEB UniÂversitas Brawijaya, FEB Universitas Hasanuddin, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut PerÂtanian Bogor.
Kemudian, Sekolah BisÂnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung, Fakultas Ekonomi UniverÂsitas Andalas, SMERU Research Institute, Centre for Strategic and InterÂnational Studies (CSIS), Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu PengetaÂhuan Indonesia (LIPI), dan Survey Meter.
Sementara itu, Anggota Dewan Pembina IBER terÂdiri dari Emil Salim, Armida Alisjahbana, Iwan Jaya Azis, Mari Elka Pangestu, Chatib Basri, dan Sudarno Sumarto.
Dekan FEB UI Ari KunÂcoro mengatakan, IBER ditujukan untuk menjadi jaringan para ekonom terutama peneliti muda yang berkeinginan melakuÂkan riset secara independen dan relevan untuk kebiÂjakan ekonomi.
"IBER akan bermitra denÂgan pemerintah, antara lain Kementerian Keuangan, Bappenas, Kementerian Perdagangan, dan BPS," katanya. ***
BERITA TERKAIT: