Direktur Pemasaran PT PerÂtamina (Persero) Muchammad Iskandar mengatakan, Pertamina sulit mengontrol penyaluran elpiji 3 kg bersubsidi karena di dalam Peraturan Presiden (PerÂpres) tidak ditegaskan kriteria Rumah Tangga (RT) seperti apa yang dianggap tidak mampu. Oleh karena itu, ketika terjadi kelangkaan gas elpiji 3 kg seperti saat ini sulit untuk mengidentiÂfikasi karena stok gas elpiji di Pertamina masih cukup.
"Di masyarakat langka, padaÂhal stok kita masih aman sampai dengan 19-20 hari ke depan," kata Iskandar.
Karena itu, ia menduga keÂlangkaan gas yang terjadi di sejumlah daerah bukan karena adanya penimbunan. Tapi meÂmang karena adanya kekhaÂwatiran masyarakat yang sebeÂlumnya melihat di daerah lain sudah langka.
"Ketika di daerah dilihat langka, mereka nyerbu untuk beli hanya untuk nyetok saja. Ini akan kita siram (penuhi). Kalau tabung masyarakat di dapur terisi, semua pasti berhenti," tuturnya.
Pertamina pun tak segan-segab mengambil sikap tegas jika ada agen atau pangkalan main curang dalam kasus kelangkaan gas elpiji bersubsidi 3 kg.
"Sesuai dikontrak kita secara regulasi sampai paling berat di Pemutusan Hubungan Usaha (PHU) atau dipecat kalau dia pelakunya agen. Kalau pangÂkalan main curang, kita tutup," tegas Muchammad Iskandar.
Menurut Iskandar, kebutuhan gas 3 Kilogram (kg) hingga akhir tahun ini mencapai 6,29 juta metrik ton.
Padahal, kuota yang ditetapÂkan pemerintah dalam APBN 2017 hanya sebesar 6,19 juta metrik ton.
Selain itu, diperkirakan penyÂaluran gas 3 kg melebihi kuota 1,6 persen atau sekitar 200.000 metrik ton. Hal itu akan berdampak pada keuangan Pertamina.
"Kalau 1,6 persen kurang lebih 200.000 metrik ton. Itu sekitar Rp 1 triliun kekurangan pagu anggarannya. Itu yang kita khaÂwatirkan. Kami perlu komunikasi dengan pemerintah," katanya.
Meski terbebani, Pertamina tidak akan mengurangi komitÂmen dalam penyediaan elpiji subsidi untuk masyarakat. Hanya saja, pihaknya mengaku khawatir bahwa beban itu akan semakin memberatkan margin perseroan.
"Ini enggak ada kaitannya dengan langka. Tetap kita penuhi kan. Volumenya bukan terus kita rem supaya cukup kuota, enggak. Cuma ini risikonya ada di kita, Pertamina. Khawatirnya enggak cukup anggarannya ini. Ini kan kaitannya dengan pagu anggaran," ujarnya.
Untuk menghindari kelangÂkaan dan memenuhi kebutuhan jelang Hari Raya Natal 2017 dan Tahun Baru 2018, Pertamina juga menyiapkan tambahan stok penjualan gas elpiji 3 kilogram (kg) sebanyak dua persen hingga tiga persen menjadi 20,8 ribu metrik ton dari hari-hari biasanya sebanyak 20,4 ribu metrik ton per hari.
Disparitas HargaKetua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mengatakan pernyataan PerÂtamina mengenai kelangkaan gas elpiji 3 kilogram (Kg) di berbagai daerah dipicu oleh permintaan yang naik menjelang Natal dan Tahun Baru, tidak cukup rasional.
"Penyebab elpiji 3 kg langka adalah adanya disparitas harga yang tidak seimbang antara gas elpiji 3 kg dengan gas elpiji 12 kg. Akibatnya, banyak pengÂguna gas elpiji 12 kg berpindah menjadi pengguna gas elpiji 3 kg," kata Tulus.
Selain murah, banyak konÂsumen 12 kg yang berpindah ke 3 kg karena dianggap praktis, mudah dibawa.
Selain itu, inkonsistensi pola distribusi oleh pemerintah juga menyebabkan over kuota. Di mana pola distribusi gas elpiji 3 kg bersifat tertutup menjadi disÂtribusi terbuka/bebas, sehingga siapa pun bisa membelinya.
"Kondisi ini makin parah apabila terjadi penyimpangan atau pengoplosan oleh distribuÂtor dan atau agen nakal. Mereka mengoplos demi mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Ini harus benar-benar dibenahi, kaÂlau tidak akan terus begini setiap tahunnya," tegas Tulus. ***
BERITA TERKAIT: