Dalam wacana penyederhanaan tarif ini, daya listrik untuk pelanggan non-subdisi akan disederhanakan dari enam menjadi tiga. Rinciannya, golongan 900 watt akan dinaikkan menjadi 1.300 watt. Kemudian, golongan 1.300 watt, 2.200 watt, 3.300 watt, dan 4.400 akan dinaikkan menjadi 5.500 watt. Sedangkan yang 5.500 watt akan dinaikkan menjadi 13.200 watt. Pemerintah mengklaim, penyederhaan tarif ini untuk mendorong peningkatan produksi masyarakat.
Dari sisi harga, kata Syaikhul, memang tidak masalah. Sebab, saat ini, antara harga golongan 1.300 sampai 5.500 watt sama. Namun, bukan berarti penyederhanaan itu tidak akan berdampak pada masyarakat. Dengan ditambah daya yang begitu besar, bisa-bisa konsumsi listrik masyarakat tidak terkontrol. Hal tersebut tentu akan berujung pada tagihan listrik yang bengkak.
“Kalau disederhanakan seperti ini, kayak anak SD yang biasanya cuma dikasih uang jajan Rp 10 ribu kemudian dinaikkan jadi Rp 1 juta. Kan bisa jadi boros,†ucapnya, Jumat (8/12).
Menurut Syaikhul, banyak masyarakat di daerahnya bertanya-tanya dengan kebijakan PLN yang tiba-tiba akan melakukan penyederhanaan golongan tarif. Mayoritas mereka waswas penyederhanaan listrik itu malah mendorong pada penggunaan listrik secara berlebihan.
“Artinya, ada persepsi masyarakat bahwa penyederhanaan listrik ini malah mendorong mereka tidak hemat listrik. Saya sendiri merasa tidak cocok. Sebab, sebelumnya kita kan sering mendengar imbauan untuk hemat energi. Dengan adanya wacana penyederhanaan ini, apa tidak paradoks?,†cetusnya.
Kalau tujuannya untuk mendorong peningkatan produktivitas Usaha Mikro, Kecil, dan Mengengah (UMKM), tambah Syaikhul, mengapa tidak menggunakan sistem penambahan daya gratis. Dengan begitu, penambahan daya hanya dilakukan oleh pihak yang membutuhkan. Tidak pada semua orang dan tidak dipaksakan.
“Kalau mau mendorong UMKM, kenapa disebut penyederhanaan? Kenapa tidak dibuat bahasa penambahan daya gratis saja. Harusnya yang kecil tetap ada, sehingga tidak ada yang merasa dipaksa. Saya sendiri berpendapat, ada unsur mendorong masyarakat untuk meningkatkan konsumsi,†ucapnya.
Dia memandang PLN terlalu bernafsu untuk menyederhanakan sistem tarif tersebut. Buktinya, PLN sampai berani membagi-bagikan 1 juta Miniature Circuit Breaker (MCB), suatu alat yang mengontrol penggunaan daya listrik, kepada konsumen secara gratis. Padahal, alat tersebut cukup mahal.
“Dalam penyederhanaan golongan tarif ini nantinya dibebaskan biaya pergantian MCB dan abonemen yang sama. Saya curiga, kenapa? Kok tiba-tiba. Katanya PLN lagi inefisiensi, tapi kok baik amat,†demikian Syaikhul.
[san]
BERITA TERKAIT: