Proyek LRT Jabodebek Masih Terkendala Pembebasan Lahan

Pembangunan Konstruksi Capai 35 Persen

Rabu, 06 Desember 2017, 08:33 WIB
Proyek LRT Jabodebek Masih Terkendala Pembebasan Lahan
Foto/Net
rmol news logo Pengerjaan proyek Light Rail Transit (LRT) Jakarta, Bo­gor, Depok, Bekasi (Jabodebek) yang digarap PT Adhi Karya (Persero) Tbk telah mencapai 25 persen. Rinciannya, jalur Cibubur-Cawang 41 persen, Cawang-Dukuh Atas 8,9 persen, Cawang-Bekasi Timur 24,3 persen.

Direktur Keuangan Adhi Karya Haris Gunawan mengata­kan, hingga akhir 2017, tahapan konstruksinya ditargetkan bisa mencapai 35 persen.

"Kami menargetkan, penyele­saian proyek transportasi mas­sal itu akan tepat waktu, yakni beroperasi pada Mei 2019. Un­tuk pembangunan fisik sampai akhir 2018. Uji coba kemung­kinan Maret dan beroperasi Mei 2019," ujar Haris di Jakarta.

Untuk merealisasikan target penyelesaian proyek LRT, pe­merintah pusat telah mengam­bil langkah strategis, dengan membangun beberapa proyek infrastruktur khususnya un­tuk mengurai kemacetan dari Bekasi ke Jakarta akibat pem­bangunan LRT.

Pejabat Pembuat Komitmen Prasarana LRT Jabodebek Ke­menterian Perhubungan, Jumardi mengatakan, proyek ini dibangun untuk kepentingan masyarakat. Namun juga memberi keuntun­gan lebih bagi masyarakat Bekasi yang dilewati LRT.

"Sudah selayaknya, proyek pemerintah ini mendapat dukun­gan dari semua pemangku ke­pentingan. Termasuk dukungan masyarakat Bekasi yang ka­wasan sekitarnya dilalui LRT," kata Jumardi saat Diskusi LRT dan Masa Depan Bekasi di Kam­pus Unisma Bekasi, Kemarin.

Jumardi mengatakan, sesuai dengan arahan dari Presiden Joko Widodo, Kementerian Per­hubungan dan Adhi Karya terus menggenjot penyelesaian pem­bangunan LRT ini dengan tepat waktu. Namun, saat ini masih ada beberapa kendala di lapangan.

"Di antaranya, lahan yang rencananya akan dibangun un­tuk Depo (Stasiun dan Garasi) LRT di Bekasi Timur, saat ini belum siap untuk dibangun, karena masih ada warga yang tidak memiliki hak menempati lahan tersebut, bahkan lahan di­manfaatkan untuk pembangunan warung dan gubuk liar. Ini meru­pakan kendala terbesar kami," kata Jumardi.

Menurutnya, karena masih ada warga yang menempati la­han untuk pembangunan Depo, perlu dicari upaya yang baik da­lam menyelesaikannya. "Disatu sisi, pembangunan LRT tetap berjalan sesuai dengan jad­wal, dan disisi yang lain warga yang menempati lahan tersebut juga memahami, bahwa mereka menempati lahan yang bukan haknya," tegas Jumardi.

Pengamat Perkotaan Yayat Supriyatna menambahkan, hadirnya LRT akan mengubah peradaban masyarakat Bekasi. "Masyarakat yang selama ini ke­hilangan banyak waktu di jalan karena kemacetan, akan menda­patkan banyak waktu yang berkualitas, karena dengan LRT bisa memangkas waktu tempuh ke tempat kerja," ujarnya.

Senada, Direktur Lemba­ga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas islam 45 (Unisma) Bekasi Harun Alrasyid mengatakan, dengan memperhitungkan bahwa pem­bangunan LRT akan berjalan se­suai dengan jadwal, pada tahun 2019 masyarakat Bekasi akan mendapatkan banyak dampak positif dari LRT ini.

"Tidak hanya masalah kemacetan yang bisa terurai, namun dengan adanya Stasiun serta Depo di Bekasi, juga akan mem­berikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar. Potensi Beka­si kedepan juga makin bagus, dengan banyaknya kawasan yang terintegrasi dengan transportasi publik," tutup Harun.  ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA