Gubernur BI Agus MarÂtowardojo menuturkan, GPN hadir guna menyatukan berÂbagai sistem pembayaran milik berbagai bank berbeda. Hal ini pun tercapai setelah mengalami proses kajian selama 20 tahun.
"GPN akhirnya hadir sebagai wujud interkoneksi atau saling terhubung antar switching (peÂmindahan dana investasi unit-link dari satu jenis dana ke dana lainnya) dan interoperabilitas, dengan menghadirkan biaya yang lebih murah," imbuh Agus di acara peluncuran GPN yang dihadiri berbagai institusi dan lembaga keuangan di Gedung BI, Jakarta, kemarin.
Pada kesempatan itu hadir juga, Mensos Khofifah Indar Parawansa, Menkeu Sri Mulyani, Ketua AsoÂsiasi Sistem Pembayaran IndoneÂsia (ASPI) Anggoro Eko Cahyo, Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menkominfo Rudiantara, dan Deputi KemenÂterian BUMN Bidang Usaha Jasa Keuangan, Jasa Survei dan Jasa Konsultasi Gatot Trihargo.
Sementara itu, interoperaÂbilitas adalah kondisi di mana instrumen dapat diterima dan diproses pada berbagai kanal pembayaran seperti
Anjungan Tunai Mandiri (ATM),
ElecÂtronic Data Capture (EDC) dan
payment gateway.
Agus mengatakan, GPN memungkinkan transaksi elekÂtronik dapat digunakan seluruh masyarakat Indonesia, sehingga masyarakat dapat menikmati layanan transaksi elektronik yang aman, berkualitas dan efisien.
Menurut Agus, ada ada tiga sasaran utama GPN, di antaranya menciptakan ekosistem pembaÂyaran yang saling interkoneksi, inÂteroperabilitas dan mampu melakÂsanakan pemrosesan transaksi yang mencakup otorisasi, kliring dan stelmen secara domestik.
Selama ini, kata bekas Menteri Keuangan ini, terjadi fragmentasi dalam sistem pembayaran. Hal ini dikarenakan keinginan setiap bank mengembangkan sistem pembayaran yang ekslusif yakni hanya bisa diproses menggunaÂkan mesin EDC maupun mesin ATM miliknya sendiri. Sekalipun menggunakan mesin milik bank berbeda maka biasanya masih dikenakan sejumlah biaya.
"Melalui GPN masyarakat dapÂat bertransaksi dari bank manapun dengan menggunakan instrumen dan kanal pembayaran apapun (
any bank, any instrument, any channel) dengan biaya 1 persen dari transaksi," tuturnya.
Selain itu, GPN diharapkan mendorong terjadinya sharing infrastruktur sehingga utilisasi terminal ATM dan EDC daÂpat meningkat, sehingga biaya investasi infrastruktur dapat dialihkan kembali untuk kegiatan pembiayaan pinjaman yang pada akhirnya akan berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.
"Di pelosok itu masih sangat perlu infrastruktur untuk tranÂsaksi. Dengan GPN diharapkan daerah-daerah terkecil yang perlu akses bisa mendapatkan kemudahan," terangnya.
Selain itu, agar meningkatkan perlindungan konsumen antara lain melalui pengamanan data transaksi nasabah. Pasalnya saat ini perbankan di Indonesia masih menggunakan sistem pembayaran milik asing seperti Visa, Master ÂCard, JCB, hingga Union Pay.
"Karena seluruhnya pemrosesan di dalam negeri, maka biaya-biaya yang sebelumnya dibebankan, bisa dihemat karena Indonesia memiliki GPN sendiri. Nantinya Payment Gateway asing yang suÂdah ada akan berjalan beriringan dengan GPN," papar Agus.
GPN juga, lanjut Agus, dihadirkan sebagai backbone guna memberikan dukungan penuh bagi program pemerintah terÂmasuk penyaluran bantuan sosial non tunai, elektronifikasi jalan tol dan transportasi publik.
Di kesempatan berbeda, Kepala Pusat Program Transformasi BI Onny Widjanarko menjelaskan, melalui GPN, bisa menekan biÂaya administrasi bulanan di bank, biaya transfer hingga biaya cek saldo. Ini karena seluruh sistem pembayaran sudah terkoneksi dan menyebabkan biaya yang dikeluarkan oleh penyelenggara bisa lebih mudah.
"Pasti biaya transfer antar bank akan lebih murah, biaya cek saldo hingga biaya bulanan itu bisa lebih rendah," ujarnya.
Tak hanya itu, dalam menjalankÂan GPN, BIjuga meluncurkan logo burung Garuda GPN yang tertera di kartu.Untuk mendapatÂkan kartu berlogo GPN, pihak BImenjelaskan tidak ada pemaksaan. Selain itu, masyarakat juga tak perlu membuat rekening baru unÂtuk mendapatkan kartu tersebut.
"Tergantung nasabah. Misalnya ingin GPN, ya kartunya diganti, tapi yang penting ada permintÂaan dari nasabah. Nasabah yang memiliki satu rekening tetap hanya boleh memiliki satu kartu. Jika nasabah ingin menggunakan kartu berlogo GPN maka harus menyerahkan kartu lamanya ke pihak perbankan," tuturnya.
Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, pihak perbankan menyambut diÂluncurkannya GPN. Namun diÂakui pria yang akrab disapa Tiko ini, akan ada dampak penurunan pendapatan dari perbankan dari penyesuaian GPN ini.
"Bank sebagai pihak acquirer dari segi infrastrukturnya dalam menyediakan EDC memang masih dihitung. Apalagi nanti ada lembaga-lembaga standar,
switching dan
service butuh revenue untuk bisa survive dari sisi teknologi," kata Tiko.
Tiko mengatakan, dengan adanya perubahan ini, MDR yang ada, memadai untuk meÂmotivasi berbagai pihak untuk investasi infrastruktur. "TujuanÂnya agar tidak ada lagi tambahan biaya-biaya, terutama selama ini dengan prindipal luar negeri. Meski fee turun tapi tetap bisa
survive," imbuhnya. ***
BERITA TERKAIT: