Ekonom Senior
Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Hendri Saparini memÂprediksi, pertumbuhan ekonomi 2017 hanya akan berada kisaran 5,05 persen hingga 5,1 persen. Menurutnya, target pertumbuÂhan yang ditetapkan pemerintah sebesar 5,2 persen sulit tercapai karena konsumsi rumah tangga hingga akhir tahun belum juga menunjukkan perbaikan.
"Awalnya kita sampaikan ekonomi kita akan tumbuh 5,2 persen. Kemudian pada pertengahan tahun kami review, menyampaikan maksimal hanya 5,1 persen. Sekarang, kami perkiraan tahun ini kita tidak akan sampai 5,1 persen," kata Hendri di Hotel JS Luwansa, Jakarta, kemarin.
Hendri menerangkan, pihaknya memangkas proyeksi capaian pertumbuhan tahun ini karena ada beberapa pekerjaan yang seÂharusnya dilakukan pemerintah malah tidak dilakukan.
Menurutnya, perlambatan konsumsi rumah tangga yang terjadi tahun ini sejatinya bukan disebabkan oleh peralihan dari
offline ke
online. Namun, meÂmang terjadi perlambatan konÂsumsi dampak dari pengurangan penerima subsidi listrik. Hal ini memukul daya beli masyarakat, khususnya kalangan menengah bawah.
Alih-alih daya beli membaik, lanjut Hendri, pada akhir tahun malah ada potensi konsumsi semakin babak belur. Sebab, pemerintah memiliki rencana menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), listrik, dan gas elpiji.
Hendri berharap, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang mendukung peningkatan konÂsumsi. "Saya kira kita tidak perlu lagi berdebat mengenai penyebab penurunan konsumsi. Karena yang paling penting sekarang, bagaimana konsumsi masyarakat bisa membaik kemÂbali," katanya.
Dia menilai, capaian pertumÂbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2017 tidak terlalu membanggakan jika dibandingÂkan negara ASEAN lain.
Sekadar informasi, pada kuartal III-2017, pertumbuÂhan ekonomi Vietnam 7,46 persen, Filipina 6,9 persen, dan Singapura 5,2 persen.
Hendri menyarankan, untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi, pemerintah harus lebih inovatif tahun depan. MenurutÂnya, kebijakan yang inovatif diperlukan untuk menghadapi perubahan cepat mulai dari perkembangan teknologi inforÂmasi, internet, robotisasi, hingga perubahan lifestyle masyarakat. Selain itu, tahun depan, InÂdonesia akan menghadapi banyak tantangan karena adanya pagelaran pilkada serentak dan persiapan Pemilu Presiden 2019.
Hendri menyebutkan sejumlah kebijakan inovatif yang bisa diÂambil. Antara lain, inovasi untuk menyelaraskan pembangunan infrastruktur antara yang padat modal dan padat karya. KeÂmudian terkait pembiayaan, pemerintah harus bisa memastiÂkan pembangunan infrastruktur bisa berjalan dan mendukung pertumbuhan ekonomi. Selain itu, inovasi koordinasi. MenuÂrutnya, tahun depan Indonesia akan mengadakan Asian Games dengan dana lebih dari Rp 30 triliun.
"Pertanyaannya, bisnis apa yang sedang diciptakan pemerintah melalui Asian Games. Nah ini siapa yang sinkronkan ini?" ungkapnya.
Genjot Pariwisata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengakui, pertumbuÂhan ekonomi Indonesia kalah dibandingkan negara tetangga karena mereka memiliki kinerja ekspor lebih baik.
"Pemulihan ekonomi global mendorong ekspor negara-negara itu. Dan ekspor kita juga naik," kata Ani, sapaan akrabnya.
Menurut Ani, Indonesia berpeÂluang besar terus meningkatkan pertumbuhan karena memiliki potensi selain ekspor.
"Indonesia memiliki peluang yang besar di sektor pariwisata. Dan pemerintah fokus kemÂbangkan pariwisata," pungkas Menkeu. ***
BERITA TERKAIT: