
Direktur Institute for Development of Economics and
Finance (Indef) Enny Sri pesimis pemerintah bisa mencapai target
perumbuhan ekonomi 5,4 persen.
Bukan tanpa sebab, Menurut Enny,
pada semeser I 2017 pertumbuhan ekonomi hanya menembus 5,01 persen.
Sementara di semester II pertaruhannya harus mencapai 5,4 persen untuk
menstabilkan pertumbuhan ekonomi di 2018.
Di sisi lain, dalam
postur ABPN 2017 dan strategi yang diusulkan dalam RAPBN 2018 tidak
memiliki terobosan yang bisa mencapai target yang dilontarkan
pemerintah. Apalagi target 5,4 persen tersebut merupakan angka
minimal.
"Dalam RAPBN 2018 ini tidak ada hal-hal yang
spektakuler. Artinya pemerintah butuh akselerasi, tidak bisa hanya
berpangku pada konfensional saja untuk menaikkan akselerasi dari 5,01
di semester I 2017 menjadi 5,4 di semester II dan awal tahun 2018,"
ujar dia di Jakarta, Sabtu (19/8).
Enny menilai, angka 5,4
persen hanya untuk mengamankan kabinet dan Presiden Joko Widodo di
perhelatan politik 2019 mendatang. Sebab, target pertumbuhan ekonomi
5,4 yang dilontarkan pemerintah merupakan angka
minimum.
"Target 5,4 itu bukan lagi pertaruhan tetapi
pembuktian janji di RAPBN 2018. Kalau tercapai pasti (Joko Wididi)
lewat 2019. Persoalannya 5,4 persen itu masih minimal untuk
pembuktian, dan yang masih menjadi Pekerjaan rumah sampe saat ini
masih terlalu besar yakni pengangguran, daya beli dan juga refinansing
nggak terhadap utang yang sudah betambah selama tiga tahun
belakangan," ujar Enny.
[sam]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: