Indonesia Jadi Anomali Di Tengah Krisis Kepercayaan Global

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Kamis, 09 Februari 2017, 02:42 WIB
rmol news logo Indonesia mengalami peningkatan dalam Indeks Kepercayaan pada empat institusi, yaitu pemerintah, bisnis, media dan NGO. Kesimpulan itu terdapat dalam hasil survei Edelman Trust Barometer Indonesia ke-9.

Dalam survei yang dilakukan lembaga riset Edelman Intelligence, nilai Indonesia menanjak menjadi 69 poin dari 62 poin pada tahun lalu.

Yang menarik, Indonesia menguat ketika tingkat kepercayaan menurun di 21 dari 28 negara yang disurvei. Indonesia menguat sebagai satu dari tiga negara dengan Indeks Kepercayaan tertinggi.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Thomas Lembong, dan Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF), Suahasil Nazara, hadir sebagai pembicara dalam acara peluncuran Hasil Edelman Trust Barometer Indonesia ke-9 yang digelar di Jakarta, Rabu (8/2).

Dalam hasil riset itu disebutkan, peristiwa-peristiwa global tak terduga yang terjadi pada 2016 seolah mengonfirmasi penurunan tingkat kepercayaan global pada empat institusi yang disurvei.

Namun, Indeks Kepercayaan Indonesia tetap kuat dengan kenaikan tingkat kepercayaan tertinggi pada pemerintah sebanyak 13 poin menjadi 71 persen. Reformasi ekonomi secara struktural dan fokus pada kesejahteraan masyarakat telah menjadikan Indonesia sebagai trusters, yaitu negara dengan Indeks Kepercayaan di atas 60.

Hasil studi untuk Indonesia tahun ini menunjukkan bahwa model yang diterapkan pemerintah untuk menutup kesenjangan antara kelompok elite dan masyarakat umum, serta memberikan peluang pendapatan yang merata dan infrastruktur sosial, telah diterima dengan baik,” kata CEO Edelman Indonesia, Raymond Siva.

Sementara, Kepala BKPM, Thomas Lembong, mengatakan, kepercayaan adalah hal pokok dan mengatakan kejujuran merupakan hal penting.

"Masyarakat percaya bahwa pemerintah berusaha melakukan hal yang benar," katanya.

Sedangkan Suahasil Nazara mengatakan, menepati janji adalah kunci kredibilitas pemerintah.

Dari empat institusi, bisnis dipandang sebagai institusi yang dapat melakukan perubahan. Tiga dari empat responden setuju bahwa perusahaan seharusnya mengambil tindakan untuk meningkatkan laba sekaligus memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial masyarakat di sekitar tempat perusahaan beroperasi.

Seiring dengan NGO yang mengalami kenaikan tingkat kepercayaan, sebanyak tujuh poin dari 57 persen ke 64 persen tahun ini, media sebagai institusi juga mengalami kenaikan empat poin dari 63 persen di tahun lalu. Search engine sebagai tipe media yang paling dipercaya di atas media online, tradisional, media milik institusi dan media sosial.

Hasil studi selanjutnya mengindikasikan bahwa gerakan-gerakan populis saat ini dipicu oleh kekurangan kepercayaan pada sistem dan ada ketakutan ekonomi dan sosial, termasuk pada korupsi (90 persen), globalisasi (73 persen), menurunnya nilai-nilai sosial (63 persen), imigrasi (61 persen), dan kecepatan inovasi (54 persen). Para responden merasa khawatir terhadap korupsi yang membahayakan keselamatan rakyat dan mempersulit perubahan yang diperlukan untuk menanggulangi permasalahan negara.

Perihal globalisasi, Thomas Lembong menambahkan bahwa pemerintah harus berbicara mengenai globalisasi dengan cara sedehana. Percakapan biasa adalah hal yang harus diperhatikan institusi.

"Tidak perlu bahasa akademis atau konsep tinggi, namun hal-hal yang umum," katanya. [ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA