Sri Mulyani: Holding BUMN Kudu Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

Suntikan Modal Negara Distop 2017

Rabu, 26 Oktober 2016, 10:16 WIB
Sri Mulyani: Holding BUMN Kudu Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi
Sri Mulyani/Net
rmol news logo Dua tahun Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla berjalan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sudah disuntik modal negara sebesar Rp 115 triliun. Investasi yang digelontorkan pemerintah ini harus menghasilkan dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi nasional.

Pernyataan tersebut disam­paikan Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Konferensi Pers Dua Tahun Pemerintahan Jokowi-JK di kantor Kepala Staf Presiden (KSP) di Jakarta, kemarin. Dalam acara ini juga dihadiri Menteri BUMN Rini Soemarno.

"Selain anggaran infrastruktur, belanja modal yang besar dari pe­merintah adalah PMN ke BUMN. Di Undang-undang APBN 2015 dan 2016, jumlah PMN sekitar Rp 115 triliun," kata Sri Mulyani.

Menurutnya, investasi pemer­intah ke perusahaan pelat merah tersebut harus mampu meng­hasilkan dampak positif. BUMN seperti diketahui merupakan agen pembangunan diharapkan dapat berkontribusi dalam mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.

"Investasi (PMN) ini harus dan akan menghasilkan. Se­sudah dapatkan PMN, BUMN ekspansi dan bisa menjadi sum­ber pertumbuhan ekonomi. Hal ini bisa dijelaskan Menteri BUMN," katanya.

Ke depan, lanjut dia, Pemerin­tah akan mengukur kemampuan BUMN dalam berkontribusi kepada negara. Kontribusi itu baik bisa berupa penyediaan infrastruktur maupun menyetor dividen kepada negara.

Menurut Sri Mulyani, pada 2017 PMN untuk BUMN ju­ga bakal dihapuskan. Namun, mengingat besarnya PMN yang selama ini telah diterima, maka BUMN wajib berperan dalam memberantas kemiskinan di In­donesia. "Untuk 2017 PMN akan disetop, kita akan menjaga APBN kita menjadi instrumen fiskal yang mendorong pertumbuhan ekonomi, lebih dimanfaatkan untuk kurangi kesenjangan dan atasi kemiskinan," tegasnya.

Sri Mulyani menjelaskan, ekonomi global diprediksi tum­buh negatif atau jauh lebih rendah dibanding proyeksi sebelumnya. Kondisi tersebut mempengaruhi ekonomi Indonesia karena terjadi pelemahan harga komoditas per­tambangan dan perkebunan. "Di saat ekspor tidak dapat diandal­kan, konsumsi dan investasi san­gat penting sebagai sumber per­tumbuhan ekonomi nasional."

Menteri BUMN Rini Soe­marno menambahkan, jika tahun depan tidak lagi mendapat PMN, BUMN harus bisa optimalisasi­kan manfaat dari penggabungan (holding) BUMN.

"BUMN bisa manfaatkan holding untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Holding bisa mendorong capex (capital expenditure), atau belanja modal yang lebih tinggi, mengingat kebutuhan in­frastruktur masih besar," katanya.

Di antara pembangunan in­frastruktur yang menjadi fokus perusahaan-perusahaan BUMN, sambung Rini, adalah infrastruk­tur yang terkait dengan konek­tivitas. Contohnya saja, pemban­gunan infrastruktur Light Rapid Transit (Kereta Ringan), jalur rel kereta Api baru, bandara hingga pelabuhan-pelabuhan.

BUMN dengan konsep holding, diyakini Rini, juga memiliki kekua­tan modal yang kuat, sehingga bisa saling mengisi dan melengkapi kekurangan. Jadi nanti di holding company bisa pinjam, dan perusa­haan di bawahnya bisa mengem­bangkan usahanya. Memang itu yang kami harapkan," ujarnya.

Meskipun terlihat belum ada progres yang cepat, Rini masih yakin, pembentukan hold­ing BUMN dapat terealisasi pada akhir tahun ini. "Pembentukan holding memang sedang berjalan dan diharapkan akhir tahun bisa sukses," tutup Rini.

Masih Jago Kandang

Pengamat BUMN dari Univer­sitas Gajah Mada Fahmy Radhi mengatakan, selain harus mendor­ong pertumbuhan perekonomian nasional dan meningkatkan penda­patan negara melalui dividen, pem­berian PMN yang sudah sukup be­sar ke BUMN harus diikuti dengan peningkatan ekuitas perusahaan yang menerima PMN.

"Dua tahun berjalan, sehar­usnya pemberian PMN sudah bisa menunjukan hasil yang sig­nifikan. Tapi kenyataannya kan belum terlihat. Saat ini, BUMN penerima PMN masih banyak yang bisnisnya ngos-ngosan dan belum untung. Ini harus segera dicarikan solusi agar segera dibenahi," kata Fahmi kepada Rakyat Merdeka.

Ia melanjutkan, terkait pem­bentukan holding bisa menjadi solusi pengganti PMN. Namun pembentukan holding BUMN yang terburu-buru dan tidak sesuai justru akan memperlemah bisnis BUMN.

"Pembentukan holding, yang paling siap kan BUMN energi, tapi kalau tanpa disertai dengan konsep dan tujuan yang jelas, lalu dibentuk dengan terburu-buru, dikhawatirkan justru itu memper­lemah mereka yang tergabung di holding ini," kata Fahmi.

Ia juga menekankan, dengan pengelolaan yang baik sehar­usnya holding bisa membuat BUMN Indonesia bersaing di tingkat dunia.

"Misal Pertamina jadi pemimpin holding energi maka Pertamina harus menjadi pemain dunia. Selama ini,   banyak yang jago kandang, di dalam negeri saja banyak yang kalah sama swasta. Ini karena pengelolaannya yang tidak te­pat, makanya harus dibenahi," tegasnya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA