AS Dan Inggris Anjlok, China Makin Melonjak

Realisasi Investasi Di Indonesia Hingga Juni

Rabu, 26 Oktober 2016, 09:51 WIB
AS Dan Inggris Anjlok, China Makin Melonjak
Foto/Net
rmol news logo Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi selama periode Januari 2015 sampai Juni 2016 meningkat menjadi 34,7 miliar dolar AS. Meski begitu, realisasi investasi dua negara raksasa, Inggris dan Amerika Serikat (AS) ke Indonesia justru menurun tajam.

Realisasi investasi dari Ing­gris minus 69 persen menjadi hanya 600 juta dolar AS, dari realisasi tiga semester sebel­umnya yang mencapai 2 miliar dolar AS. Disusul dengan AS, yang mengalami penurunan 47,5 persen menjadi sebesar 1,3 miliar dolar AS, dari realisasi periode tiga semester sebelumnya yang mencapai 2,4 miliar dolar AS.

Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong menjelaskan, ada beberapa penyebab realisasi investasi dari negara-negara tersebut anjlok. Namun, ia me­nyebut, faktor utamanya murni karena kondisi perekonomian global yang menurun.

"Harga minyak mentah turun hingga 60 persen. Itu berdampak pada investasi di sektor minyak dan gas. Kemudian, sektor ko­moditas seperti pertambangan dan batu bara. Saya kira, utaman­ya itu," ujar Thomas, kemarin.

Misalnya, seperti AS. Menu­rut Tom, hampir 90 persen minat investasi negara tersebut memang di sektor sumber daya alam. Dengan melihat kondisi global, maka mau tidak mau para investor pun akan berpikir lebih jauh menanamkan modalnya di sektor tersebut.

"Maka dari itu, pemerintah sekarang mengupayakan untuk mengalihkan investasi ke sektor jasa, pariwisata, kesehatan, mau­pun pendidikan," ucapnya.

Ia menegaskan, kenaikan in­vestasi hingga periode Juni 2016 akan kembali ditingkatkan den­gan melakukan penanaman dari sisi deregulasi kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah. "Pe­layanan publik kepada investor menjadi ujung tombak dari upaya pemerintah untuk terus memper­baiki investasi," ungkapnya.

Sementara itu, dari daftar neg­ara-negara penyumbang investa­si, Hong Kong menjadi salah satu negara tertinggi, di mana realisasi investasinya mencapai 2 miliar dolar AS. Atau meningkat 155 persen dibandingkan periode Juli 2013 sampai dengan Desem­ber 2014, yang hanya tercatat 0,8 miliar dolar AS.

Kemudian, disusul dengan China, mencapai 1,6 miliar dolar AS, atau naik 78 persen, dari pe­riode tiga semester sebelumnya yang hanya 0,9 miliar dolar AS. Di posisi ketiga, yakni Malaysia, yang mencapai 3,6 miliar dolar AS, naik 69 persen dari periode tiga semester lalu yang hanya sebesar 2,1 miliar dolar AS.

Lembong memuji peningkatan investasi yang signifikan dari China ke Indonesia yang melon­jak dari peringkat 14 menuju per­ingkat 3 dalam 3 tahun terakhir.

Peningkatan investasi terjadi pada pembangunan fasilitas pe­murnian atau smelter dan pemros­esan logam. Selain itu, pemban­gunan power plan juga membuat investasi Negeri Tirai Bambu men­ingkat signifikan di Tanah Air.

"Pembangunan-pembangunan itu membuat lonjakan investasi mereka sangat drastis. China ini memang lagi gencar untuk investa­si bukan hanya di Indonesia tapi juga ke mana-mana," ujarnya.

Ia mengatakan, potensi ini harus segera dimanfaatkan In­donesia. Keinginan besar untuk meningkatkan investasi China akan menjadi win win solution bagi Tanah Air.

"Jadi perlu kita manfaatkan nafsu tersebut yang begitu besar. Ini jadi win win solution, karena mereka senang bisa mendapat keuntungan investasi. Kalau tidak dimanfaatkan, nanti di co­long negara lain," tukasnya.

Berkat Paket Kebijakan

Menko Perekonomian Darmin Nasution mengklaim, masuknya investasi besar karena paket kebi­jakan ekonomi yang sudah dike­luarkan pemerintah. "Untuk paket kebijakan ekonomi berkaitan den­gan penyederhanaan perizinan in­vestasi selama tiga jam saja sudah berhasil menyedot investasi Rp 291 triliun. Dari investasi tersebut, 77.000 orang tenaga kerja baru berhasil diserap," ungkapnya.

Kesuksesan sama juga terjadi pada pelaksanaan Paket Kebi­jakan VI berupa fasilitas pajak dan kemudahan investasi di kawasan ekonomi khusus (KEK). Menurut­nya, paket tersebut sudah mampu menyedot investasi sampai den­gan Rp 33,88 triliun sampai den­gan September kemarin.

Sementara itu, menyangkut pelaksanaan revisi daftar negatif investasi yang dikeluarkan mela­lui Paket Kebijakan Ekonomi X. Paket tersebut, saat ini sudah dimanfaatkan 527 perusahaan dengan nilai rencana investasi 12,926 miliar dolar AS.

Darmin mengatakan, kes­uksesan lain dalam pelaksan­aan paket juga terjadi dalam pemberian insentif di kawasan pusat logistik berikat. "Ini yang paling berhasil, sejak diterbitkan sampai sekarang sudah ada 28 pusat logistik berikat, dan itu menyebar di seluruh Indonesia sehingga mempercepat efesiensi logistik kita," katanya.

Menteri Pariwsata Arief Yahya mengatakan, terkait revisi daftar negatif investasi, peningkatan investasi besar terjadi di sektor pariwisata. Sejak daftar negatif investasi direvisi, investasi di lima sektor besar pariwisata melonjak 100 persen.  ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA