Dalam wawancara yang diterbitkan hari ini, Sudirman hanya mengatakan sudah tidak mempunyai akses lagi di ESDM. Dia malah mengatakan paling tidak ada tiga manfaat Petral ditutup dan ISC dihidupkan.
"Padahal, dulu dia mengatakan bahwa pembubaran Petral adalah untuk memotong mata rantai suplai dan langsung ke NOC (perusahaan minyak nasional), tidak usah ke trader lagi. Tetapi sekarang dia membelanya dengan menyatakan 'trader besar'," kata Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI), Yusri Usman, kepada wartawan.
Yusri mengatakan, Sudirman bisa jadi lupa soal adanya temuan audit forensik dari lembaga Kordamentha, bahwa trader besar yang dia sebutkan itu masuk dalam obyek temuan atas dugaan penyimpangan oleh pihak ketiga. Seharusnya Sudirman Said sangat mengatahui soal minyak Sarir dari Libya punya potensi bermasalah, terkait temuan BPK RI pada periode audit 2006 dan 2008, serta adanya rekomendasi kilang bahwa mengolah minyak "Sarir" tidak efisien.
"Setelah dia (Sudirman) dicopot dari Senior Vice President ISC pada akhir Maret 2009 oleh Dirut Pertamina, maka pada 2 April 2009 Rusnaedy selaku SVP ISC baru telah membuat surat ke NOC Libya untuk membatalkan kontrak dengan alasan perspektif ekonomi dari dokumen yang sudah terlanjur ditandatangani oleh Sudirman Said pada 9 Maret 2009 di Hotel Hilton Park Lane London," jelasnya.
Yang Yusri ketahui, berdasarkan "nota rahasia " Kepala Divisi Perencanaan dan Ekonomi Kilang kepada Direktur Pengolahan tanggal 19 Oktober 2006 telah terjadi perbedaan kesimpulan dengan nota Kepala Dinas Perencanaan dan Pengadaan Direktorat Pengolahan. Anehnya, pada akhir pemeriksaan 24 Desember 2008, Tim BPKRI yang meminta bukti surat tersebut mendapat jawaban bahwa semua data tersebut tidak dapat diberikan pihak Pertamina dengan alasan dokumentasi yang ada dalam komputer terkena virus.
Fungsi ISC terbentuk pada 27 September 2008 dengan peran Dirut Pertamina, Arie Soemarno; Senior Vice President, Sudirman Said; dan Vice President Daniel Purba. Seiring proses audit BPK RI bisa diatasi dan struktur ISC Pertamina sudah berjalan, maka perburuan minyak Sarir dimulai lagi. Kemudian muncul surat dari Petral yang diteken Jhon Soenarmo bernomor P/P-025/12/08 tgl 17 Desember 2008 yang ditujukan kepada Sudirman Said. Isinya memberitahukan bahwa Petral sudah mendapat kapal dengan jadwal tanggal 6-10 Januari 2009 untuk mengangkut minyak Sarir sebanyak 1.000.000 barel tujuan kilang Balikpapan dan aktivitas itu berlangsung sampai dengan Febuari 2009 . Perburuan minyak Sarir sempat terhenti sejenak ketika posisi Direktur Utama Pertamina diambil alih Karen Agustiawan dari Arie Soemarno pada 5 Februari 2009.
Yusri katakan, kalau membaca lengkap seluruh testimoni Sudirman Said di majalah
Tempo edisi hari ini (3/10), bisa jadi terkuaknya kasus oplosan minyak Sarir dan Mesla yang terbalik persentase campurannya adalah penyebab Sudirman Said terlempar dari "kursi panas" Menteri ESDM.
"Ini hasil pertarungan antara klan Arie Soemarno dengan klan Mohamad Reza Khalid, seperti yang pernah diucapkan oleh angota DPR, Effendi Simbolon. Kalau begini ceritanya, maka akhirnya publik akan terus menyaksikan Pertamina akan menjadi medan tempur antara dua klan Reza Khalid lawan Arie Soemarno, seperti pertandingan minyak Zatapi Vs Zatipu," tutupnya.
[ald]
BERITA TERKAIT: