Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) menyoroti serius masalah tersebut. Mereka ke depan akan memfokuskan diri meningkatkan kualitas pengeloÂlaan lahan.
"Peningkatan kualitas petani sekarang mutlak harus dilakuÂkan. Jangan lagi mengandalkan kuantitas (petani), karena jumlah petani terus menurun semenÂtara kebutuhan pangan terus meningkat," kata Ketua KTNAWinarno Tohir di hadapan ratuÂsan petani pada acara Rembug Utama Kelompok KTNA 2016, di Planery Hall Convention Hall Samarinda (CHS), Kalimantan Timur, Jumat (23/09).
Winarno memaparkan tren penurunan jumlah petani di Tanah Air dari tahun ke tahun. Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), Winarno meÂnyebutkan jumlah rumah tangga usaha tani di Indonesia pada 2003 tercatat masih 31,17 juta. Namun sepuluh tahun kemuÂdian, 2013, jumlahnya menyusut menjadi 26,13 juta. Turun sekitar lima juta selama sepuluh tahun. "Kalau dirata-rata penurunan jumlah petani setiap tahun sebeÂsar 1,75 persen," terangnya.
Winarno mengatakan, penuÂrunan jumlah petani disebabkan minat kaum muda bekerja di sekÂtor pertanian mengalami penuÂrunan. Mereka lebih cenderung memilih bekerja di kota.
Dia berharap, peningkatan kualitas pertanian, tidak hanya mengerek hasil produksi, tetapi juga kesejahteraan petani. SeÂhingga dengan demikian, perÂtanian dapat kembali diminati kaum muda.
Selain penyusutan jumlah, Winarno mengungkapkan, dunia pertanian juga menghadapi masalah minimnya tenaga produktif. "Sebanyak 65 persen petani kita berusia lanjut, sudah tua-tua," ungkapnya.
Masalah lain yang menjadi sorotan KNTAyakni mengenai target swasembada pangan. Winarno menegaskan, pihaknya siap mendukung target pemerintah. Menurutnya, pihak akan mengadopsi sistem perÂtanian Jepang dalam pengeloÂlaan lahan. "Pola pertanian di Jepang cocok dikembangkan dengan kondisi jumlah petaninya sedikit," ujarnya.
Dia menjelaskan, produkÂtivitas pertanian di Jepang baÂgus karena petaninya memiÂliki pengetahuan yang luas atas jenis tanaman yang ditanamnya. Mereka trbukti bisa mengubah masa musim panen dari biasanya satu tahun sekali, menjadi tiga kali dalam satu tahun.
"Kita akan penuhi kebutuhan petani seperti air, pupuk, hingga menjual hasil pertanian begitu panen," terangnya.
Winarno yakin pihaknya akan berhasil mengerek hasil pertaÂnian di dalam negeri. Karena, KNTA memiliki jejak rekam, berhasil membantu pemerintah dalam menciptakan swasembada beras pada medio 1984-1986.
"Saat Indonesia swasembada beras, kami ikut membantu korÂban kelaparan di Ethiopia, AfÂrika. Saat itu, KTNA menyumÂbang 100.100 ton," ungkapnya.
Jaga Produksi Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian PerÂtanian (Kementan) Suwandi mengamini tren penurunan jumlah petani di tanah Air.
Dia menjelaskan, banyaknya tenaga kerja lebih senang bekerja di sektor industri meruÂpakan tren yang banyak terjadi di negara berkembang.
"Kami di Kementan untuk mengatasi masalah itu memiliki program khusus, yakni mengajak kaum muda bertani," kata Suwandi.
Program itu antara lain mengenalkan dan memberiÂkan bantuan peralatan pertaÂnian modern. "Dengan mekanisasi, semuanya pekerjaan bisa dikerjakan dengan praktis dan cepat, modernisasi ini pasti menarik minat anak generasi muda untuk terjun ke sektor pertanian," ungkapnya.
Sementara itu soal produkÂtivitas pertanian, Suwandi menegaskan, pihaknya terus berupaya mencetak sawah baru. ***
BERITA TERKAIT: