"Pada intinya, langkah-langkah penyesuaian ini untuk membangun pondasi yang lebih kuat. Dan untuk menÂciptakan suatu kepastian dari sisi target dan proyeksi di sisi penerimaan maupun dari sisi pembelanjaan," kata Ani di Jakarta, kemarin.
Mantan Direktur Bank Dunia ini juga mengatakan penyesuaian anggaran dilakuÂkan agar program prioritas tetap berjalan. Namun ditegasÂkannya, tingkat prudensi-nya harus dipastikan dengan benar, salah satunya pertimbangan ketersediaan anggaran.
Selain soal penyesuian anggaran, Ani mengungkapkan pandangannya tentang pentingÂnya menyiapkan banyak upaya alternatif untuk mendapatkan pemasukan.
Dia tidak ingin Indonesia bergantung pada satu komoditas saja untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi.
"Oleh karena itu pemerintah, tentu pada hari ini menyiapkan beberapa instrumen untuk melakukan diversifikasi," ungkap Ani.
Ani menyebutkan, salah satu upaya diversifikasi yakni kebijakan pengampunan pajak (tax amnesty). Tax amnesty diharapkan bisa membiayai pembangunan ekonomi pada berbagai sektor hingga penguÂrangan kemiskinan.
"Keinginan untuk menaikkan penerimaan pajak baik melaÂlui mekanisme biasa maupun tax amnesty akan terus kita perbaiki. Sehingga kita harapÂkan negara memiliki sumber pendanaan yang cukup untuk membiayai berbagai macam program prioritas," terangnya.
Selain itu, Ani mengimbau Indonesia memanfaatkan peÂluang pasar keuangan syariah. Karena, produk keuangan syariah belakangan ini berkembang pesat di dunia. Di Indonesia saja, dalam delapan tahun terakhir, total penerbiÂtan sukuk negara sebesar Rp 538,9 triliun dengan nilai nominal outstanding Rp 391,1 triliun. Kemudian, menurut
Islamic Corporation for the Development (ICD), aset suÂkuk syariah global pada 2015 mencapai 1,8 triliun dolar AS dengan proyeksi pertumbuÂhan keuangan syariah global sebesar 10 persen per tahun (gross) dari tingkat pertumbuÂhan ekonomi syariah. Bahkan, pada 2020 nilai aset keuangan syariah global diproyeksikan mencapai 3 triliun dolar AS.
Ani mengungkapkan, perkembangan pasar dan miÂnat instrumen syariah global tidak hanya terjadi di negara mayoritas berpenduduk Islam. Sebagai contohnya di London, Inggris, yang telah menjadi salah satu kota dengan pangsa sukuk yang besar di dunia.
Potensi secara global terseÂbut membuktikan bahwa keuangan syariah merupakan salah satu instrumen investasi menarik. Sehingga masyarakat tidak perlu ragu berinvestasi di instrumen syariah yang ditawarkan oleh pemerintah. "Saya berharap basis pemberian instrumen investasi berbasis syariah di IndoneÂsia dapat meluas dan dapat dibandingkan dengan instruÂmen yang lain," katanya.
Ani mengajak masyarakat untuk berkontribusi dalam pembangunan negara dengan ikut berinvetasi dalam Sukuk Negara Tabungan Seri ST-001. Sebagai variasi dari sukuk negara ritel, penerbitan Sukuk Tabungan ST-001 merupakan langkah yang baik untuk meÂnambah pilihan investasi bagi masyarakat sekaligus sebagai instrumen pembiayaan APBN bagi negara. "ST-001 merupaÂkan diversifikasi instrumen, tentu nanti akan ada ST-002 dan seterusnya," pungkasnya.
Sekadar informasi, sukuk tabungan merupakan produk baru sektor investasi syariah sukuk negara yang merupaÂkan tabungan investasi orang perseorangan dengan jangka waktu dua tahun dan imbalan tetap yang dibayarkan tiap bulan. ***
BERITA TERKAIT: