Dalam kunjungan yang berlangsung Kamis kemarin (4/2) Helgesen dan rombongan didampingi Duta Besar Norwegia untuk Indonesia Stig Traavik.
Turut pula mendampingi bupati-wakil bupati Berau terpilih Muharram dan Agus Tamtomo, perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta manajemen The Nature Conservation. Kunjungan diterima langsung Sutedjo Halim selaku managing director Triputra Agro Persada (TAP) yang merupakan grup induk usaha YWA, juga Disa Suherdis selaku managing director YWA.
Sutedjo mengatakan, TAP memiliki komitmen kuat dan berkelanjutan yang meliputi kontribusi untuk pembangunan nasional, komitmen memenuhi global mengakui standar keberlanjutan, mendukung komunitas lokal, mencapai kondisi ramah lingkungan, dan selalu berupaya mencapai operasional yang excellence.
"Kunjungan ini penting bagi industri kelapa sawit agar Menteri Lingkungan Hidup Norwegia melihat dari dekat bahwa perkebunan sawit di Indonesia dikelola dengan komitmen kelestarian lingkungan atau sustainability," ungkapnya kepada redaksi, Jumat (5/2).
Dalam kunjungan itu, TAP juga memaparkan komitmennya untuk pencegahan kebakaran lahan. Karena disadari bahwa pencegahan kebakaran lebih efektif, lebih murah dan sangat membantu penurunan emisi gas rumah kaca. Hal ini penting mengingat pemerintah Norwegia memberi dukungan bagi Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Menurut Sutedjo, Grup TAP termasuk YWA juga memahami pentingnya pengurangan emisi gas. Terkait itu, beberapa hal yang dilakukan adalah manajemen kebakaran. Karena dengan mencegah kebakaran akan memberi dampak besar untuk pengurangan emisi gas rumah kaca.
"Belajar dari kebakaran hutan dan lahan dari tahun-tahun sebelumnya, manajemen pencegahan kebakaran adalah kuncinya. Untuk itu TAP menekankan pada pencegahan kebakaran dan secara aktif mendorong partisipasi masyarakat lokal di sekitar perkebunan," lanjutnya.
Kedua adalah lebih menekankan pada intensifikasi bukan ekspansi atau ekstensifikasi dalam pengelolaan lahan. Hal itu terjadi karena kawasan untuk ekspansi yang sangat terbatas.
"Kami percaya bahwa menerapkan good agriculture practices (GAP) untuk perkebunan kelapa sawit tidak hanya akan meningkatkan produktivitas, juga akan mengurangi biaya dan ramah terhadap lingkungan," jelas Sutedjo.
Terakhir, Grup TAP berkomitmen untuk zero waste. Dalam hal ini, dengan berencana membangun unit biogas dan kompos di salah satu anak perusahaan di Kalimantan Tengah sebagai pilot project.
Sementara itu Disa Suherdis menambahkan, Indonesia adalah penghasil CPO (minyak sawit) terbesar di dunia dan menjadi sumber penghasilan bagi jutaan rakyat.
"Sebanyak 43 persen dari kebun sawit di Indonesia dimiliki petani swadaya yang sangat penting untuk perekonomian masyarakat. Karenanya, sustainability adalah keniscayaan agar industri ini menjadi berkelanjutan," bebernya.
Kehadiran perkebunan dan pengolahan kelapa sawit seperti YWA di Kabupaten Berau tentunya dapat membantu perekonomian daerah, seperti pembangunan infrastruktur, pendidikan, dukungan terhadap adat dan kesehatan masyarakat.
Sebagai bagian dari TAP group, YWA mengacu pada kerangka kerja yang meliputi perhatian kepada 3P, yakni profit (laba), people (manusia) dan planet (lingkungan) yang menjadi dasar dalam pelaksanaan sustainability perkebunan dan pabrik pengolahan sawit yang dikelola secara baik.
Kehadiran bupati dan wakil bupati Berau terpilih dalam menyambut kunjungan delegasi Norwegia juga menjadi pertanda pentingnya industri sawit yang dikelola dengan baik bagi Kabupaten Berau.
[wah]
BERITA TERKAIT: