"Awalnya di Indramayu bakau sangat jarang, dengan inisiatif warga pesisir patrol, kami mulai menanam bakau dan akhirnya kita olah dari pada tidak dimanfaatkan sama sekali," tutur Ketua Kesatuan Nasional Tradisional Indonesia (KNTI) Kabupaten Indramayu, Latif melalui siaran pers yang diterima wartawan di Jakarta, Selasa (19/5)
Sosialisasi dan promosi, lanjut Latif, harus dilakukan untuk mengenalkan produk olahan mangrove ini ke pasar domestik dan luar negeri. Kerjasama antara pemerintah dan masyarakat harus dijalin supaya memudahkan jalur pemasaran dan promosi.
"Harapan ke depannya, sentra ini tidak hanya menjadi sentra inovasi produk olahan masyarakat pesisir saja, melainkan dapat menjadi pusat oleh-oleh Indramayu Kecamatan Patrol," ungkap Latif.
Dirjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KP3) Sudirman Saad menyambut baik inisiatif Masyarakat Pesisir Patrol Indramayu.
"Nelayan, petambak, petani garam sekarang harus ke tengah arus poros maritim jangan hanya di pinggiran lagi karena kelautan dan perikanan menjadi poros dari pemerintahan saat ini," ujarnya.
Ditambahkan Kepala Pusat Analisis Kerjasama Internasional dan Antar Lembaga (PUSKITA) Kementerian Kelautan dan Perikanan Anang Noegroho, pemerintah dalam hal ini, KKP akan terus mendorong dan mendukung penguatan ekonomi nelayan dengan memperkuat sentra-sentra pengolahan produk kelautan dan perikanan.
"Dengan adanya Sentra Inovasi Nelayan Indonesia ini dapat menambah nilai ekonomis masyarakat pesisir patrol dan ke depan produk hasil kelautan dan perikanan ini akan menjadi komoditas ekspor dalam pasar bebas ASEAN (MEA 2015)," tambah Anang.
Dalam acara itu turut hadir Ketua Koalisi Masyarakat Pesisir Indramayu (KOMPI) H. Juhadi. Selain peresmian Sentra Inovasi Nelayan Indonesia, juga dilakukan pelantikan pengurus KNTI cabang Jawa Barat dan Daerah Indramayu. Dengan adanya perwakilan KNTI di daerah, masyarakat pesisir semakin sejahtera dengan mengorganisasi potensi sumber daya kelautan dan perikanan di Indramayu.
[wid]
BERITA TERKAIT: