Demikian disampaikan staf ahli Menteri Keuangan, Arif Budimanta saat diskusi bertajuk "Strategi Hadapi MEA 2015" di Paramadina Graduated School, Sudirman, Jakarta, Senin (18/5).
"Kita harus akui, jika daya saing Indonesia di pasar internasional masih rendah," kata Arif.
Untuk itulah, tambah dia, ketimpangan regional harus dikurangi melalui program nawacita. Salah satu cara pemerintah dengan menganggarkan alokasi yang lebih pada desa. Tujuannya, agar potensi kedaerahan bisa semakin maju dan terintegrasi dengan daerah lain.
"Indonesia
Incorporated, selain expand keluar yang kita harus jadi tuan rumah di negara sendiri. Komoditi nonmigas seperti makanan, kita harus berintegrasi, terutama soal pertanian," tegas politisi PDI Perjuangan.
Berbicara soal pangan, ancaman untuk Indonesia sudah terlihat di lingkungan ASEAN. Jika dibandingkan Thailand, misalnya, Indonesia masih impor pangan dan otomotif.
"Padahal dari segi produksi pangan dan otomotif kita juga tidak kalah untuk pangsa ASEAN. Rantai supply harus menjadi perhatian," jelas Arif.
Atas dasar itu, Arief menegaskan bahwa pemerintah akan terus mendorong ekspor, memberikan keleluasaan modal pada UMKM, meningkatkan kualitas SDM utamanya tenaga kerja yang dibekali latihan dan sertifikasi, reformasi birokrasi, mengetatkan pekerja asing dengan mewajibkan untuk bisa berbahasa Indonesia serta pengaturan penempatan tenaga kerja asing yang lebih ketat.
"MEA 2015 harud dihadapi, pemerintah terus lakukan persiapan. Karena ancamannya bukan hanay 10 negara, tapi ada China, Jepang Korea dan Australia," tandasnya.
[wid]
BERITA TERKAIT: