"Menurut saya, secara substansial sebetulnya mantan Direktur Utama PT. Telkom, Rinaldi Firmansyah, tidak pantas menjadi Direktur Pertamina. Dirut Telkom jelas tidak ada hubungannya dengan Migas," kata pengamat politik energi, Ubedillah Badrun, saat dihubungi wartawan.
Meski secara kemampuan manajerial Rinaldi mampu berada di posisi tertinggi Pertamina, tapi patut diperhatikan juga bahwa Rinaldi merupakan sosok yang sangat politis.
"Nilai nasionalismenya diragukan dan cenderung neoliberal," terang dosen Universitas Negeri Jakarta ini.
Menurutnya, akan sangat berbahaya ketika Dirut perusahaan negara sekaliber Pertamina memiliki karakter yang politis. Hasilnya pasti dampak negatif bagi perusahaan.
"Karena akan ada
conflict of interest. Jelas dia sarat akan kepentingan, apalagi bila dia disokong oleh Rini Soemarno dan Jusuf Kalla," terangnya.
Sementara itu, Guru Besar Ilmu Ekonomi dari Universitas Indonesia, Sri Edi Swasono, menyarankan Dirut PT. Pertamina yang baru harus punya sikap tegas dalam persoalan Blok Mahakam.
"Kalau dia (dirut Pertamina) tidak pro Mahakam itu ditarik menjadi Pertamina, jangan dipilih," tegas Edi.
"Dirut (Pertamina) yang baru harus pro dengan Makaham. Harus menasionalisasi Mahakam," lanjutnya.
Informasi yang diperoleh wartawan menyebutkan nama-nama calon Dirut Pertamina dari eksternal yang sedang menjalani uji kelayakan di PT. Daya Dimensi Indonesia adalah Budi Sadikin (Dirut Bank Mandiri), Sunarso, (Direksi Bank Mandiri), Zulkifli Zaini (Mantan Dirut Bank Mandiri), Fahmi Muhtar (Mantan Dirut PLN), Dwi Sucipto, (Dirut Semen Indonesia), dan Rinaldi Firmansyah (Mantan Dirut Telkom).
Sedangkan dari internal yakni Plt Direktur Utama Pertamina Muhamad Husen, Direktur Pemasaran dan Niaga Hanung Budya, Mantan Presiden Direktur Pertamina EP Samsu Alam, Presiden Direktur Pertamina Biotermal Energi Roni Gunawan, dan mantan Presiden Direktur Pertagas Gunung Sarjono.
Rinaldi Firmansyah disebut-sebut dimajukan oleh Menteri BUMN Rini Soemarno, Menko Perekonomian Sofyan Djalil dan Wapres Jusuf Kalla. Karena itu ia dianggap sebagai calon yang sebetulnya "sudah jadi".
[ald]
BERITA TERKAIT: