“Fokus pemerintah ke depan tidak sekadar mendorong SDM untuk beradaptasi dengan teknoÂlogi saja tetapi mendorong tumÂbuh kembang teknologi tinggi di Indonesia,†ujar anggota Komisi IX DPR Poempida Hidayatullah, kemarin.
Menurut dia, selama ini perÂsepsi pemerintah mengenai penerapan teknologi tinggi dalam proses industri bisa mengancam keberadaan tenaga kerja itu tidak benar. Industri dengan teknologi tinggi justru akan memberikan daya saing yang lebih baik dalam bentuk produk akhir di pasar.
Politisi muda Partai Golkar ini menilai, implementasi teknologi tinggi dalam proses industri dikoÂnotasikan dalam konteks mengÂhilangkan keberadaan tenaga kerja. Persepsi yang salah ini haÂrus segera diluruskan dalam hal pemÂbangunan manusia Indonesia.
Dalam membangun SDM, lanjut Poempida, negara yang berÂhasil mengadaptasikan tekÂnologi tinggi untuk industri akan memÂberikan daya saing global yang signifikan. Kuncinya, SDM Indonesia harus senantiasa mau berevolusi dan beradaptasi deÂngan teknologi yang berkembang.
Dia yakin kemampuan SDM untuk berevolusi dan mengaÂdaptasi teknologi tidak perlu diraÂgukan lagi. Contohnya, pengÂgunaan smartphone yang semaÂkin marak di masyarakat.
“Logika yang paling sederhana dapat diambil dari basis penguÂnaan smartphone yang digunakan oleh berbagai lapisan masyarakat. SmartÂphone adalah teknologi cangÂgih yang bisa dengan mudah diadaptasi oleh SDM kita,†ucapnya.
Poempida menganggap SDM mampu beradaptasi dengan teknologi canggih untuk level industri selama diberikan pelaÂtihan dan bimbingan yang tepat. “Ini jelas harus menjadi fokus pemerintah ke depan,†cetusnya.
Yang jelas, tantangan pemeÂrintah ke depan adalah penciptaan lapangan pekerjaan.
“Bukan hanya menciptakan lapangan kerja di atas kertas, tapi yang memberikan kesejahteraan riil bagi seluruh rakyat IndoneÂsia,†ujarnya.
Pengamat ekonomi dari LemÂbaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Latief Adam mengatakan, peningkatan kualitas SDM harus diarahkan pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Pemenuhan SDM yang berkualitas akan berpengaruh terhadap struktur industri di masa depan.
Menurut Latief, daya saing dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 akan lemah jika SDM Indonesia masih tertinggal dalam memÂbangun ekonomi berbasis Iptek. Oleh karenanya, salah satu aspek penting yang perlu disiapkan dengan cepat bangsa ini adalah SDM yang kompeten.
Deputi Bidang Relevansi dan Produktivitas Iptek Kementerian Riset dan Teknologi (KemenÂristek) Agus Puji Prasetyono mengaku peningkatan kualitas SDM dalam hal adaptasi teknoÂlogi wajib dilakukan.
Oleh karena itu, Agus meÂngatakan SDM di Indonesia harus terus berinovasi dan diberi bekal yang cukup untuk meÂngadaptasi dan mengimpleÂmenÂtasikan teknologi. ***