Kepala Divisi BBM dan Gas PLN Suryadi Mardjoeki mengatakan, pihaknya belum menyepakati harga gas yang dialirkan ke pembangkit di Batam.
“Kami menilai harga gas bisa dikurangi dari sekitar 7 menjadi 6,5 dolar per MMBTU (Million Metric British Thermal Units),†katanya, kemarin.
Direktur Pengusahaan PT Perusahaan Gas Negara (PGN) Jobi Triananda Hasjim mengaku, pihaknya menunggu terealisasinya swap gas tersebut. “Kami sudah tidak ada masalah termasuk harga, tinggal menunggu saja,†ucapnya.
Wakil Direktur Reforminer Institue Komaidi Notonegoro menambahkan, akibat belum terealisasinya swap, manfaat gas ke domestik yang besar tidak tercapai. Pemerintah mesti bersikap tegas untuk merealisasikan swap tersebut.
Menurut dia, permasalahan swap merupakan masalah klasik yaitu lemahnya koordinasi. Pemerintah harus lebih proaktif untuk mengatur dan berkoordinasi dengan pihak terkait. Disitulah fungsi pemerintah.
Mekanisme swap tersebut dijalankan berdasarkan surat keputusan Menteri ESDM Jero Wacik yang ditanda tangani 26 Oktober 2011 sebagai upaya peningkatan pemanfaatan gas untuk domestik.
Skema swap dilakukan antara produksi gas Gajah Baru dan Lapangan Grissik, Blok Koridor, Sumsel. Gas Gajah Baru yang dioperasikan Premier Oil masuk ke pembeli ConocoPhillips di Singapura, sementara produksi Grissik yang dikelola ConocoPhillips dialirkan melalui pipa ke pembeli domestik. Pihak Singapura sendiri berkomitmen merealisasikan swap tersebut.
Mekanisme swap merupakan upaya sementara sampai gas Gajah Baru masuk secara permanen ke pembangkit di Batam. Awalnya gas swap Gajah Baru sebanyak 40 MMSCFD ( Million Standard Cubic Feet per Day) dialirkan ke pembangkit listrik tenaga gas uap (PLTGU) Muara Tawar, Bekasi milik PLN.
Namun, karena PLN menginginkan gas hanya digunakan saat puncak (peaker) dan infrastrukturnya juga tidak memungkinkan, akhirnya diubah skemanya. ***