Pemerintah Kelola Makro Ekonomi dengan Hati-hati Tak Sesuai Fakta

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ade-mulyana-1'>ADE MULYANA</a>
LAPORAN: ADE MULYANA
  • Kamis, 12 September 2013, 21:58 WIB
rmol news logo Klaim Istana telah mengelola makro ekonomi dengan hati-hati dipertanyakan. Pernyataan tersebut dinilai sama sekali jauh dari fakta di lapangan.

"Saya mohon maaf, juru bicara presiden katakan kita mengelola makro ekonomi dengan hati-hati, tapi kok angka-angkanya tidak mendukung sama sekali," ujar ekonom senior DR. Rizal Ramli kepada wartawan di Jakarta kemarin.

Rizal Ramli katakan, quatro deficit terjadi sejak dua tahun lalu. Defisit neraca perdagangan sebesar minus 6 miliar dolar AS padahal empat tahun lalu surplus 32 miliar dolar AS. Defisit transaksi berjalan minus 9,8 miliar dolar AS dan menjadikannya terbesar sejak 1998.  Defisit neraca pembayaran minus 4 miliar dolar AS, sementara defisit anggaran lebih besar lagi akibat realisasi pendapatan pajak semester I jauh di bawah target, ditambah kenaikan pengeluaran biaya pembelian bbm dari luar negeri.

"Defisit ini tidak terjadi dalam waktu satu minggu, tapi selama dua tahu negatif terus. Pertanyaan saya kemana presiden, kemana menteri-menterinya?" kata Capres paling reformis versi Lembaga Pemilih Indonesia (LPI) ini.

Sementara itu menurut dia, empat paket kebijakan penyelamatan ekonomi yang dikeluarkan pemerintah hanya berdampak jangka menengah misalnya ditunjukkan dengan kebijakan untuk menggunakan biodesel. Kebijakan ini, kata dia, akan meningkatkan demand terhadap palm oil. Tapi dampaknya terhadap ekonomi masih jangka menengah.

"Sebetulnya semua orang ingin lihat, mampu tidak pemerintah dari sekarang sampai Desember nanti, mengurangi transaksi defisit berjalan dari minus 9,8 miliar dolar AS menjadi 5 miliar dolar AS. Kalau ada kebijakan ke arah sana otomatis rupiah naik," katanya. [dem]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA