Dahlan Warning Pertamina Tidak Boleh Jadi Calo Migas

Genjot Produksi 32.000 Bph, Karen Cs Punya Hak Pilih Blok Migas

Rabu, 10 Oktober 2012, 08:06 WIB
Dahlan Warning Pertamina Tidak Boleh Jadi Calo Migas
PT Pertamina
rmol news logo .Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan meminta PT Pertamina tidak menjadi calo dalam tender-tender minyak dan gas (migas). BUMN minyak itu harus mengerjakannya sendiri.

Menurut Dahlan, perusahaan minyak pelat merah itu memiliki keistimewaan untuk memilih dan mendapatkan langsung blok mi­gas baru sebelum Kemente­rian Energi Sumber Daya Mine­ral (ESDM) melakukan tender atas blok migas baru itu.

“Misalnya Kementerian ESDM tahun ini akan menten­der­kan blok-blok baru 10. Sebelum di­ten­derkan ternyata Pertamina pu­nya hak untuk memilih apa saja yang cocok,” kata Dahlan saat dite­mui usai Rapat Pimpinan (Ra­pim) Kementerian BUMN di Gedung Danareksa, kemarin.

Dahlan beralasan, keistime­waan yang diperoleh Pertamina karena Pertamina memiliki Pera­turan Pemerintah (Permen) No.35 Ta­hun 2004 Pasal 5 ayat 4 ten­tang Pengambilalihan Blok Baru serta Permen 35 Tahun 2008.

“Saya baru tahu bahwa Perta­mina sesuai dengan peraturan itu punya hak untuk memilih dan me­­minta blok migas baru apa saja yang akan ditenderkan oleh pe­merintah,” katanya.

Dahlan berharap, Pertamina da­pat menggunakan peraturan yang ada untuk mendapatkan blok migas baru. “Itu yang akan kita manfaatkan sebesar-besar­nya karena selama ini kurang ter­manfaatkan,” paparnya.

Meski Pertamina memiliki ke­wenangan memilih blok mana saja yang akan digarap, namun Pertamina harus komit de­ngan apa yang telah dipilihnya. Apa yang telah dipilih oleh Pertamina itu harus dikerjakan sendiri. “Pertamina tidak boleh jadi ca­lo,” warning Dahlan.

Menyoal kontrak migas yang akan habis seperti Blok Maha­kam, Dahlan mengimbau Perta­mina melakukan negosiasi de­ngan Total E&P dari Prancis.

“Kita tidak bisa memutuskan langsung Pertamina yang ambil, nanti investasi di dalam negeri yang triliunan rupiah tidak akan masuk lagi. Pertamina harus men­cari jalan terbaik untuk ke­pentingan negara,” katanya.

Untuk diketahui, saat ini Perta­mina sedang mengincar penge­lo­laan Blok Mahakam yang akan habis pada 2017. Berdasarkan da­ta Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (BP Migas), ada 72 blok yang masuk dalam tahap produksi, 29 di antaranya akan habis masa kontraknya dari 2013 sampai 2021.

Direktur Utama Pertamina Ka­­ren Agustiawan mengatakan, pi­haknya menargetkan tamba­han produksi sebanyak 32.000 barel per hari (bph) dari akuisisi blok migas di dalam dan luar negeri pada 2012.

“Kami bertekad meningkat­kan produksi migas hingga 2,2 juta barel setara minyak per hari pada 2025,” katanya, kemarin.

Salah satu langkah strategis yang ditempuh adalah melakukan akuisisi area migas, terutama un­tuk lapangan yang telah ber­pro­duksi baik di dalam maupun luar negeri. Pertamina juga me­nar­get­kan akuisisi sekitar 5 area mi­gas hingga akhir tahun ini de­ngan potensi tambahan produksi se­besar 32.000 bph (barel per hari).

“Tambahan produksi itu da­lam jangka pendek sangat signifikan untuk membantu pemerintah menjaga ketahanan energi na­sional,” jelas Karen.

Dikatakan, Pertamina meng­utamakan akuisisi pada area-area yang telah berproduksi sehingga hasilnya dapat secara cepat di­manfaatkan untuk mendukung upaya pemenuhan kebutuhan energi nasional. Namun, dengan harga minyak mentah yang ber­ada di level tinggi saat ini, ke­sem­patan untuk melakukan akui­sisi tersebut tidaklah banyak.

Terkait proses akuisisi Petro­delta S.A, anak perusahaan Har­vest Natural Resources In. (HNR), Karen mengatakan, se­dang dalam proses pembi­caraan memperoleh persetujuan peme­gang saham atas transaksi ter­se­but. Dia optimis proses per­setu­juan tersebut dapat disele­saikan sesuai jadwal yang telah disepa­kati dalam perjanjian.

7 BUMN Rebut Kontrak Migas

Dahlan menambahkan, pihak­nya juga meminta perusahaan BUMN memenangkan lelang kontrak-kontrak migas yang di­adakan Badan Pelaksana Ke­giat­an Usaha Hulu Minyak dan Gas Bu­mi (BP Migas). Nilainya men­cap­ai Rp 200 triliun per tahun.

“Tender kita jangan kalah. Kita rumuskan dari segi kualitas. Selama ini ada keluhan bahwa delivery-nya kurang baik, baik kualitas dan harganya juga. In­tinya, bagaimana semaksimal mungkin tender harus jatuh ke dalam negeri,” pesan Dahlan.

Karena itu, Dahlan sudah me­nunjuk 7 BUMN untuk mem­pe­re­butkan tender migas tersebut. Ketujuh BUMN itu adalah PT Rekayasa Industri (Persero), PT Pertamina (Persero), PT Asuransi Jasindo (Persero), PT Waskita Kar­ya (Persero), PT Wijaya Karya Tbk, PT Adhi Karya Tbk, serta PT Hutama Karya (Persero).

Tujuh BUMN itu mem­punyai peluang yang sama dalam me­rebut proyek migas senilai Rp 200 tri­liun karena memiliki ke­mampuan yang cukup baik. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA