BP Migas & Wacik Mesti Lebih Cerdas Genjot Produksi

Proses Eksekusi Tender KKKS Perlu Diganti

Senin, 26 Maret 2012, 08:07 WIB
BP Migas & Wacik Mesti Lebih Cerdas Genjot Produksi
ilustrasi, migas
RMOL.Badan Pengelola Kegiatan Hu­lu Minyak dan Gas (BP Mi­gas) dan Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) di­minta lebih kreatif mencari cara meng­genjot produksi minyak nasional.

Anggota Komisi VII DPR De­wi Aryani mengatakan, untuk menggenjot produksi mi­nyak dalm negeri, BP Migas dan Ke­men­terian ESDM harus me­ngubah dulu sistem dan meka­nisme pe­ngam­bilan keputusan proses ten­der kontraktor kontrak kerja sama (KKKS).

Selama ini, hanya Kementerian ESDM saja yang terlibat dan BP Migas hanya di libatkan sebelum tanda tangan kontrak. Padahal, BP Migas seharusnya menjadi ba­gian dari verifikasi calon-calon operator minyak di indonesia.

“Jika KKKS adalah perusa­ha­an yang bonafid dan komit, ma­ka target akan dilaksanakan de­ngan maksimal. Reward dan pu­nish­ment harus clean dan clear se­hing­ga setiap komitmen yang tertera dalam perjanjian dilaksa­nakan termasuk salah satunya pencapaian target produksi,” ujar­nya kepada Rakyat Merdeka  di Jakarta, akhir pekan lalu.

Menurut Dewi, BP Migas ha­rus mengeluarkan peraturan eva­luasi setiap bulan. Utama­kan ke­pada KKKS untuk mem­beri­kan monthly report sehingga di­bahas segala masalahnya dan bisa di­tangani cepat. “Perlu juga mekanisme sidak. Sebagai kon­trol dan checking procedure un­tuk mendapat fakta-fakta lapa­ngan yang aktual,” jelas Dewi.

Untuk mengoptimalkan blok minyak yang telah ada misalnya Cepu, lanjutnya, pemerintah per­lu lebih tegas. Harusnya jika ada pelanggaran ketentuan batas wak­tu produksi, maka pemerintah bisa mengambil alih. Bisa di­be­rikan kepada BUMN atau kon­sorsium yang disepakati.

“Setiap sumur di Cepu harus dicek ulang potensinya berapa ba­rel per hari dan dilakukan ka­jian mendalam menggunakan tek­no­logi terkini untuk mende­teksi ke­akuratan potensi minyak,” katanya.

Menanggapi desakan ini, Ke­pala Divisi Humas, Sekuriti dan Formalitas BP Migas Gde Prad­nyana mengatakan, kondisi pro­duksi minyak saat ini memang menurun. Cadangan minyak se­dang menurun, sementara pene­muan-penemuan saat ini lebih banyak gas dibanding minyak.

“Kita tidak bisa memaksa alam memproduksi minyak. Kalau me­mang yang ada gas ya kita pro­duk­si gas,” ujar Gde kepada Rakyat Merdeka, Jumat (16/3).

Karena itu, pihaknya kini se­dang melakukan langkah-lang­kah untuk mencegah penurunan tersebut. “Kalau kita tidak mela­kukan apa-apa penurunannya bi­sa mencapai 12-15 persen per ta­hun. Sementara ini kita belum bisa menaikkan jumlah produksi, yang kita lakukan pa­ling tidak mengurangi laju pe­nurunan pro­duksi,” ungkapnya.

Gde mengungkapkan, tahun lalu tingkat penurunan produksi bisa dikurangi hingga hanya 3 persen. Ia berharap, pihaknya pa­ling tidak bisa mempertahankan laju penurunan itu untuk  tahun-tahun berikutnya. Menurutnya, sudah berbagai upaya dilakukan untuk mencapai target itu.

“Di antaranya kita melakukan banyak sekali infil drilling di ta­hun ini karena sumur-sumur yang ada berasal dari lapangan tua, se­hingga harus sering-sering dibor. Dengan harapan su­mur-sumur itu masih dapat ber­produksi,” je­las Gde. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA