BP Migas Ogah Kabulkan Permintaan Pertamina

Berharap Negosiasi Harga LNG

Minggu, 11 Desember 2011, 08:00 WIB
BP Migas Ogah Kabulkan Permintaan Pertamina
ilustrasi/ist
RMOL.Pertamina meminta peme­rintah untuk melakukan rene­go­siasi kontrak Liquified Natural Gas (LNG) atau gas alam cair dengan harga yang lebih murah.

Vice President Coorporate Co­m­munication Pertamina Mocha­mmad Harun mengatakan, saat ini harga LNG mencapai 18 dolar AS per MMBTU (Milion Metric British Thermal Unit).

Sementara perkembangan pa­sar LNG pada saat ini berada di kisaran 15 persen hingga 20 per­sen dari harga Japan Cocktail Crude (JCC) atau sekitar 16,5-22 dolar AS per MMBTU pada harga JCC saat ini sebesar 110 dolar AS per barel.

Karena itu, Per­tamina mendo­rong peme­rin­tah agar me­man­faatkan opsi ke­wajiban Do­mestic Market Obli­gation (DMO) yang belum dipe­nuhi oleh para produ­sen gas Kon­traktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) untuk me­menuhi ke­butuhan dalam negeri.

Apalagi, sejalan dengan kebi­jakan pengurangan subsidi energi di dalam negeri, Indonesia juga me­merlukan LNG 10 juta metric ton per tahun (MTA) mulai 2013.

“Indonesia sebagai pro­dusen LNG sudah seharusnya me­man­faatkan konsisi pasar saat ini untuk melakukan renegosiasi kontrak LNG yang harganya masih sangat murah,” lanjutnya.

Ia mengatakan, Pertamina me­rupakan satu-satunya perusa­haan energi yang memenuhi komit­men DMO. Dia merinci, pasokan gas Pertamina untuk konsumen ter­diri dari 34 persen untuk Peru­sahaan Gas Negara (PGN), 20 persen untuk industri, 18 per­sen untuk industri pupuk, 25 per­sen untuk pembangkit listrik. Sisanya untuk kilang Pertamina.

Menanggapi permintaan Perta­mina, Badan Pelaksana Kegiatan Hulu Migas (BP Migas) menga­takan, pengalihan penjualan LNG ke dalam negeri bisa dilakukan. Asalkan, ada kesepakatan de­ngan pembeli untuk mengubah kontrak yang sudah berjalan.

Kepala Divisi Humas, Sekuriti, dan Formalitas BP Migas Gde Pradnyana mengatakan, kalau me­mang alokasi LNG ke dalam negeri itu dibutuhkan, tentunya dengan melakukan renegosiasi.

“Tapi, saat ini LNG yang akan dipasok di dalam negeri itu mau dibawa kemana? Kan belum ada receiving terminal-nya?” tanyanya.

Namun, kata Gde, untuk kebu­tuhan LNG domestik dalam ren­tang 3-4 ta­hun mendatang, bisa dipenuhi dari proyek-proyek LNG seperti Ma­sela dan Kilang Tangguh train 3, Papua.

Ditanya realisasi pen­jualan LNG hingga saat ini, kata Gde, pihaknya belum mendapatkan laporan dari Pert­amina sebagai penjual. Dirjen Migas Kemen­terian ESDM Evita H. Legowo meng­akui, harga LNG me­mang terus mengalami kenaikan. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA