“Proyek milik PT Indonesia Power (anak perusahaan PLN-red) ini akan menjadi PLTD terÂbesar di Indonesia. Rencananya proyek ini akan selesai dan diÂresmikan Februari mendatang,†jelas Project Manager PT Wijaya Karya Prakosa H. Takariyanto di acara media visit ke PLTD PaÂsanggaran, Bali, Minggu (23/1).
Saat Rakyat Merdeka keliling proyek PLTD tersebut, tampak proyek itu sudah hampir rampung 95 persen dan tinggal finishing touch saja. Tiga unit mesin pemÂbangkit listrik 18 volt 48/60 diÂdatangkan langsung dari pabrik MAN di Prancis. MAN adalah perusahaan mesin pembangkit terÂbesar di dunia asal Jerman. PLTD yang mulai dibangun Januari 2010 tersebut kini sudah meÂmasuki tahap persiapan Commercial Operation Date (COD).
Hadir pula pada kesempatan itu Direktur PT Mirlindo Padu KenÂcana Donny Satrya, Business MaÂnager PT Wijaya Karya Purwanto dan Holger Reichmann, Service Engineer MAN, produsen mesin dari Jerman untuk PLTD tersebut.
“Proyek ini merupakan invesÂtasi pertama WIKA di bidang energi yang didanai sediri oleh WIKA dan PT Mirlindo selaku mitra dengan komposisi penyerÂtaan modal WIKA sebesar 70 perÂsen dan Mirlindo sebesar 70 persen,†terang Prakosa.
Menurut Prakosa, PLTD ini meruÂpakan proyek Built, OpeÂrate, Transfer (BOT) selama delaÂpan tahun. Setelah proyek PLTD itu selesai, listriknya akan dijual kepada PT Indonesia Power dengan harga Rp 446,14 per kWh tanpa BBM.
“Proyek PLTD Bali ini adalah investasi WIKA untuk menduÂkung keanÂdaÂlan PLN mensuplai listrik di wilayah Bali,†terangÂnya.
Dia menjelaskan, sebagai konÂtraktor utama, selain mengoperaÂsikan proyek PLTD tersebut berÂsama PT Mirlindo, WIKA juga akan melakukan maintenance. Perseroan juga menyediakan penÂdanaan proyek, melakukan seÂmua pekerjaan <Engineering, ProÂcurement & Construction (EPC), menyediakan Long Term Supply Agreement (LTSA) seÂlama peÂriode kontrak dan mensÂtranfer aset pemÂbangkit ke PT Indonesia Power pada masa akhir kontrak.
Prakosa menyatakan, pendapaÂtan yang akan diraup WIKA dari proyek tersebut sekitar Rp 165 miliar per tahun. “Kami menarÂgetÂÂkan tahun kelima sudah break event point (BEP),†ujarnya seÂraya menjelaskan bahwa WIKA lebih memilih PLTD sebab pemÂbangunan proyek listrik dengan solar lebih cepat rampung dan hanya membutuhkan waktu setaÂhun. Sedangkan kalau mengguÂnakan batubara, bisa meÂmakan waktu 3-4 tahun.
Di bawah kepemimpinan Dirut Bintang Perbowo, WIKA aktif mengincar proyek di luar konsÂtruksi untuk mengisi peluang pasar. Salah satunya di sektor power plant.
“WIKA sering berinovasi, jadi banyak melahirkan anak-anak usaha baru. Namun, rencana kita untuk satu hingga tiga tahun ke depan masih konsen pada proyek power plant,†ujar Bintang keÂpada Rakyat Merdeka, belum lama ini. Menurut Bintang, diÂsipÂlin ekspansi menjadi suatu keÂniscayaan dalam meningkatkan perusaÂhaÂannya. [RM]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: