Proyek PLTD Terbesar WIKA Diresmikan Februari

Telan Investasi Rp 550 Miliar

Rabu, 26 Januari 2011, 01:43 WIB
Proyek PLTD Terbesar WIKA Diresmikan Februari
Wijaya Karya
RMOL.Krisis listrik yang masih menggoyang sebagian wilayah di Tanah Air, mendorong PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA untuk melakukan ekspansi usaha. Salah satunya menggarap bisnis Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Dengan menggandeng PT Mirlindo Padu Kencana (Mirlindo) sebagai partner, WIKA menggarap proyek PLTD Marine Fuel Oil (MFO) berkekuatan 50 megawatt (MW) senilai Rp 550 miliar di Pasanggaran, Bali.

“Proyek milik PT Indonesia Power (anak perusahaan PLN-red) ini akan menjadi PLTD ter­besar di Indonesia. Rencananya proyek ini akan selesai dan di­resmikan Februari mendatang,” jelas Project Manager PT Wijaya Karya Prakosa H. Takariyanto di acara media visit ke PLTD Pa­sanggaran, Bali, Minggu (23/1).

Saat Rakyat Merdeka keliling proyek PLTD tersebut, tampak proyek itu sudah hampir rampung 95 persen dan tinggal finishing touch saja. Tiga unit mesin pem­bangkit listrik 18 volt 48/60 di­datangkan langsung dari pabrik MAN di Prancis. MAN adalah perusahaan mesin pembangkit ter­besar di dunia asal Jerman. PLTD yang mulai dibangun Januari 2010 tersebut kini sudah me­masuki tahap persiapan Commercial Operation Date (COD).

Hadir pula pada kesempatan itu Direktur PT Mirlindo Padu Ken­cana Donny Satrya, Business Ma­nager PT Wijaya Karya Purwanto dan Holger Reichmann, Service Engineer MAN, produsen mesin dari Jerman untuk PLTD tersebut.

“Proyek ini merupakan inves­tasi pertama WIKA di bidang energi yang didanai sediri oleh WIKA dan PT Mirlindo selaku mitra dengan komposisi penyer­taan modal WIKA sebesar 70 per­sen dan Mirlindo sebesar 70 persen,” terang Prakosa.

Menurut Prakosa, PLTD ini meru­pakan proyek Built, Ope­rate, Transfer (BOT) selama dela­pan tahun. Setelah proyek PLTD itu selesai, listriknya akan dijual kepada PT Indonesia Power dengan harga Rp 446,14 per kWh tanpa BBM.

“Proyek PLTD Bali ini adalah investasi WIKA untuk mendu­kung kean­da­lan PLN mensuplai listrik di wilayah Bali,” terang­nya.

Dia menjelaskan, sebagai kon­traktor utama, selain mengopera­sikan proyek PLTD tersebut ber­sama PT Mirlindo, WIKA juga akan melakukan maintenance. Perseroan juga menyediakan pen­danaan proyek, melakukan se­mua pekerjaan <Engineering, Pro­curement & Construction (EPC), menyediakan Long Term Supply Agreement (LTSA) se­lama pe­riode kontrak dan mens­tranfer aset pem­bangkit ke PT Indonesia Power pada masa akhir kontrak.

Prakosa menyatakan, pendapa­tan yang akan diraup WIKA dari proyek tersebut sekitar Rp 165 miliar per tahun. “Kami menar­get­­kan tahun kelima sudah break event point (BEP),” ujarnya se­raya menjelaskan bahwa WIKA lebih memilih PLTD sebab pem­bangunan proyek listrik dengan solar lebih cepat rampung dan hanya membutuhkan waktu seta­hun. Sedangkan kalau  menggu­nakan batubara, bisa me­makan waktu 3-4 tahun.

Di bawah kepemimpinan Dirut  Bintang Perbowo, WIKA aktif mengincar proyek di luar  kons­truksi untuk mengisi peluang pasar. Salah satunya di sektor power plant.

“WIKA sering berinovasi, jadi banyak melahirkan anak-anak usaha baru. Namun, rencana kita untuk satu hingga tiga tahun ke depan masih konsen pada proyek power plant,” ujar Bintang ke­pada Rakyat Merdeka, belum lama ini. Menurut Bintang, di­sip­lin ekspansi menjadi suatu ke­niscayaan dalam meningkatkan perusa­ha­annya. [RM]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA