Hipmi Khawatir FTA Jadi Ancaman Sektor Manufaktur

Sabtu, 22 Januari 2011, 02:20 WIB
Hipmi Khawatir FTA Jadi Ancaman Sektor Manufaktur
Hipmi
RMOL.Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) masih kha­watir dengan adanya Free Trade Agree­ment (FTA). Soalnya, FTA da­pat memberikan ancaman bagi in­dustri manufaktur dalam negeri.

“FTA bisa jadi ancaman di sektor manufaktur. Selama ini kan sudah banyak persoalan di industri yang turun kapa­si­tasnya. Hal itu karena adanya arus im­por,” ujar Ketua Umum Hipmi Erwin Aksa.

Erwin mengingatkan pe­me­rintah agar memperhatikan daya saing, peningkatan in­frastruktur dan juga efisiensi. “Itu­lah pokok pikiran yang ingin kami titipkan ke Pak Menko (Hatta Rajasa),” ucapnya.

Menurutnya, masalah ke­pas­tian hukum dan infrastruktur juga dikeluhkan para pelaku usaha apalagi calon investor yang masih banyak ragu ber­investasi di Indonesia.

“Banyak yang bertanya ten­tang kepastian hukum, banyak aturan yang tidak jelas sehingga me­nimbulkan praktik KKN (korupsi kolusi dan nepotisme) atau kong­kalingkong oleh apa­rat maupun pengusaha sendiri,” beber Erwin.

Untuk itu, Hipmi menggelar Sidang Dewan Pleno II dan Musyawarah Nasional Khusus di Gedung Mahligai Pancasila, Banjarmasin, Kalimantan Se­latan. Acara ini mulai ber­lang­sung sejak kemarin dan ber­akhir Minggu (23/1).

Acara yang bertema “Mem­perkuat Daya Saing Nasional dalam rangka pelaksanaan Free Trade Agreement” itu dihadiri Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi, pengusaha Oesman Sapta dan ekonom Hen­dri Saparini.

Ketua Panitia Pelaksana Raja Sapta Oktohari mengatakan, sidang dewan pleno membahas permasalahan terkait pelak­sa­naan, pengembangan dan eva­luasi program kerja, saling tukar-menukar informasi antara pusat dan daerah.

Sebagai organisasi kader pe­ngusaha, kata Oktohari, Hipmi bertekad menumbuhkan kluster pengusaha menengah baru yang bernilai tambah, bersinergi, dan bermartabat.

Kluster tersebut, kata dia, berisi pengusaha-pengusaha muda yang kreatif, inovatif, profesional, fokus, dan me­me­gang nilai-nilai normatif dalam menjalankan usahanya. Pe­ngusaha itu lahir dari proses tempaan Hipmi, sehingga men­jadi pengusaha matang dan tangguh. Pengusaha yang naik kelas, dari pengusaha kecil menjadi menengah. Dari pe­ngusaha lokal menjadi nasional.

Untuk itu, Oktohari berharap ke depannya Hipmi bisa mem­buktikan perannya dan mem­berikan nilai positif untuk ke­majuan bangsa dan negara.

Wakil Presiden Bodieono yang membuka Sidang Dewan Pleno II dan Munas Khusus Hip­mi meminta para anggotanya ber­sama pemerintah mening­katkan ku­alitas entrepreneur di Indonesia.

“Kualitas dan kuantitas en­trepeneur di Indonesia harus ditingkatkan melalui kerja sama yang baik antara pe­me­rintah, dunia usaha dan ma­syarakat. Caranya, menga­dakan prog­ram-program yang konkrit untuk menstimulus masyarakat agar ter­jun ke dalam dunia en­tre­pe­neur­ship,” jelas Boediono. [RM]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

FOLLOW US

ARTIKEL LAINNYA