Pasukan militer Ukraina/Net
Rusia dan Ukraina kian memanas. Ukraina bahkan akan menggelar latihan militer sebagai respons atas manuver militer Rusia di perbatasan Kaukasus. Rencana latihan militer ini diumumkan Ukraina pada Jumat (17/7).
Tensi hubungan antara Ukraina dan Rusia memanas setelah pemberontakan berdarah pada 2014 untuk menggulingkan pemerintahan yang didukung Kremlin.
Rusia kemudian menganeksasi wilayah Krimea dari Ukraina dan mendukung pemberontak separatis di Ukraina timur yang masih aktif. Lebih dari 13 ribu yang tewas ketika tentara Ukraina bertempur dengan pasukan yang didukung Rusia itu.
Kesepakatan gencatan senjata telah dibuat sejak 2015, namun bentrokan masih terus terjadi.
Menteri Pertahanan Ukraina, Andriy Taran, mengatakan kepada Parlemen bahwa latihan itu akan mencakup tembakan anti-pesawat dan akan diadakan pada akhir September 2020 di Ukraina Selatan.
"Tanggapan asimetris ini akan menunjukkan kesiapan angkatan bersenjata Ukraina untuk memberikan penolakan yang layak atas upaya apa pun oleh Federasi Rusia untuk memperburuk situasi atau memulai permusuhan skala besar," kata Taran, dikutip dari
Reuters.
Dia mengatakan Kyiv akan mengundang negara-negara NATO untuk bergabung dalam acara tersebut.
Pada pekan lalu, Ukraina menyatakan siap mengerahkan rudal anti-tank Javelin yang dipasok oleh Amerika Serikat untuk menghadapi Rusia di wilayah Donbass, di mana ketegangan semakin meningkat.
Pasukan di Donbass dapat menggunakan Javelin sebagai respons atas serangan kelompok separatis yang didukung Rusia.
Ukraina mengizinkan tentara mereka menggunakan Javelin di mana saja di negaranya, terhadap pihak mana pun, termasuk tank Rusia selama tujuannya untuk mempertahankan diri.
