Pernyataan tersebut disampaikan Mike Waltz, calon penasihat keamanan nasional setelah muncul laporan adanya kampanye mata-mata dunia maya Tiongkok yang dikenal sebagai Salt Typhoon atau Badai Garam yang menargetkan dan merekam panggilan telepon tokoh politik senior Amerika.
Gedung Putih mengatakan sedikitnya delapan perusahaan telekomunikasi dan infrastruktur di AS telah terkena dampak dengan sejumlah besar metadata warga Amerika dicuri dalam kampanye spionase cyber besar-besaran.
Waltz tidak mengatakan secara detail apa yang akan dilakukan pemerintahan Trump dalam menanggapi Badai Garam, tetapi berbicara lebih luas tentang pendekatan dan tindakan pemerintahan yang akan datang. Ia mengatakan Washington terlalu lama berfokus pada penguatan pertahanan sibernya.
"Kita perlu mulai mengambil tindakan ofensif dan mulai mengenakan, menurut saya, biaya dan konsekuensi yang lebih tinggi kepada aktor swasta dan aktor negara-bangsa yang terus mencuri data kita, yang terus memata-matai kita," kata Waltz kepada CBS News' Face the Nation pada hari Minggu, seperti dikutip dari
Reuters, Senin 16 Desember 2024.
Ia juga mengatakan industri teknologi swasta AS juga dapat membantu membuat musuh rentan serta membantu pertahanan AS.
Pejabat Tiongkok sebelumnya menggambarkan tuduhan tersebut sebagai disinformasi dan mengatakan bahwa Beijing dengan tegas menentang dan memerangi serangan dan pencurian siber dalam segala bentuk.
BERITA TERKAIT: