Dimensy.id
R17

Senator AS Minta Pemerintah Tingkatkan Keamanan setelah Serangan Badai Garam China

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Kamis, 12 Desember 2024, 15:39 WIB
Senator AS Minta Pemerintah Tingkatkan Keamanan setelah Serangan Badai Garam China
Ilustrasi/Orfonline
rmol news logo Serangan siber Salt Typhoon atau badai garam yang diduga dilakukan peretas China untuk menyusup ke perusahaan telekomunikasi Amerika Serikat (AS) dan mencuri data tentang panggilan telepon AS, terus menjadi perhatian pemerintahan Joe Biden.

Berbicara dalam sidang yang digelar Rabu 10 Desember 2024 waktu setempat, para senator mengatakan AS harus berbuat lebih banyak untuk mengatasi ancaman peretasan semacam itu.

"Serangan ini kemungkinan merupakan peretasan telekomunikasi terbesar dalam sejarah negara kita," kata Senator Ben Ray Lujan, seorang Demokrat yang memimpin subkomite telekomunikasi, seperti dikutip dari Reuters, Kamis 12 Desember 2024.

"Masih banyak hal yang belum kita ketahui tentang kerusakan yang diakibatkan oleh serangan Salt Typhoon, tetapi yang kita tahu adalah bahwa masih banyak yang harus dilakukan untuk mencegah serangan seperti ini," ujarnya.

Senator Republik Ted Cruz mengatakan serangan siber yang baru-baru ini dilaporkan bisa jadi bukan yang terakhir.

"Kita harus menutup semua kerentanan dalam jaringan komunikasi," katanya.

Badan-badan AS telah mengadakan pengarahan rahasia untuk Senat dan DPR selama seminggu terakhir tentang insiden peretasan tersebut.

Ketua Komisi Komunikasi Federal Jessica Rosenworcel minggu lalu mengusulkan agar perusahaan telekomunikasi menyerahkan sertifikasi tahunan yang membuktikan bahwa mereka memiliki rencana untuk melindungi diri dari serangan siber. 

"Rekomendasi luar biasa dari lembaga federal harus diterapkan sepenuhnya di seluruh jaringan kita, kata Lujan.

Gedung Putih minggu lalu mengatakan sedikitnya delapan perusahaan telekomunikasi dan infrastruktur di Amerika Serikat telah terkena dampak dan sejumlah besar metadata warga Amerika telah dicuri dalam kampanye spionase cyber besar-besaran.

China menolak tuduhan, dengan  menggambarkan hal itu sebagai disinformasi.

"Beijing dengan tegas menentang dan memerangi serangan siber dan pencurian siber dalam segala bentuk," kata otoritas China dalam sebuah pernyataan. rmol news logo article
EDITOR: RENI ERINA

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA