Status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 dicabut FIFA tidak lama setelah dua gubernur yang wilayahnya menjadi tempat penyelenggaraan menyatakan penolakan. Kedua gubernur itu adalah Ganjar Pranowo dari Jawa Tengah dan I Wayan Koster dari Bali. Keduanya menolak kehadiran Timnas Israel sebagai peserta.
Setelah penolakan disampaikan, FIFA lantas membatalkan pengundian grup dan tak lama kemudian mencoret Indonesia sebagai tuan rumah. Sanksi bagi Indonesia turut disampaikan dalam pencabutan status tersebut.
Lobi Erick ThohirKetua Umum PSSI Erick Thohir tentu tidak tinggal diam dengan adanya keputusan FIFA tersebut. Sebagai orang yang sudah malang melintang di dunia persepakbolaan, Erick sudah mafhum dengan apa yang akan dilakukan demi menyelamatkan Indonesia.
Mantan bos klub raksasa Italia, Inter Milan itu lantas terbang menemui Presiden FIFA Gianni Infantino untuk kedua kalinya. Adapun pertemuan pertama dilakukan sebelum Indonesia dicoret dari FIFA, sementara dalam pertemuan kedua ini, Erick ingin memastikan tidak ada sanksi berat bagi Indonesia.
Menteri BUMN itu tidak datang kosongan. Ada dua pesan yang dibawa, pertama adalah pesan dari Presiden Joko Widodo, sedang yang kedua adalah cetak biru atau blueprint sepakbola Indonesia.
Pesan Jokowi berisi komitmen pemerintah Indonesia untuk merenovasi 22 stadion yang dapat dipakai untuk kegiatan tim nasional dan liga. Jokowi ingin memastikan bahwa tragedi Kanjuruhan tidak akan terulang dengan adanya komitmen pembaharuan stadion tersebut. Dengan komitmen itu pula, liga Indonesia bisa terus digelar dan bisa berkontribusi dalam memajukan sepakbola tanah air.
Sedang untuk cetak biru sepakbola tanah air, Erick Thohir menjabarkan tentang program transformasi bersama FIFA dan strategi besar pengembangan sepakbola Indonesia.
Indonesia Jauh dari JurangLobi Erick Thohir terbukti berhasil. Dia merasa lega lantaran Indonesia hanya mendapat kartu kuning dari FIFA, bukan kartu merah. Kartu kuning dalam pertandingan sepakbola merupakan tanda pemain telah melakukan pelanggaran yang cukup keras tapi masih bisa melanjutkan pertandingan. Hanya saja, jika pemain tersebut kembali melakukan pelanggaran, maka kartu merah akan ditarik dari saku wasit yang berarti harus menyudahi pertandingan.
Singkatnya, FIFA hanya memberi sanksi administrasi kepada Indonesia. Yaitu, berupa pembekuan dana FIFA Forward untuk keperluan operasional PSSI. Sanksi ini terbilang ringan daripada yang dibayangkan publik sebelumnya, yaitu berupa penonaktifan sepakbola Indonesia dalam kurun waktu tertentu.
Lebih ringan lagi lantaran ada opsi dari FIFA untuk mereview kembali sanksi tersebut setelah nanti mempelajari strategi besar pengembangan sepakbola Indonesia.
Bagi Erick, sanksi administrasi ini merupakan sebuah pembelajaran dan berkah bagi Indonesia. Sebab, sepakbola tanah air bisa serius berbenah dengan baik di semua sektor.
Beruntung PSSI kala itu melakukan Kongres Luar Biasa yang kemudian memilih Erick Thohir sebagai ketua umum. Tanpa lobi ciamik dari Erick Thohir, bukan tidak mungkin laju sepakbola Indonesia terhenti akibat sanksi.
BERITA TERKAIT: