Salah satunya, Direktur Eksekutif Mahara Leadership, Iwel Sastra. Ia mengatakan semestinya pria yang karib disapa Bamsoet dan LaNyalla sudah paham bahwa pendapat maupun wacana yang mereka kembangkan di ruang publik pasti dikaitkan dengan lembaga yang mereka pimpin.
Kata Iwel, menjadi berbeda kalau mereka adalah pengamat yang bisa dimaklumi jika menebar wacana yang bisa menimbulkan perdebatan. Ia melihat, Bamsoet seperti menunjukan rasa penasaran terhadap wacana penundaan pemilu yang pernah berkembang namun tidak berhasil.
"Entah kenapa hal ini kemudian diikuti pula oleh LaNyalla? Padahal pada Maret 2022 yang lalu LaNyalla pernah meminta para elit politik menyudahi wacana penundaan pemilu 2024," demikian Iwel dengan ekpresi heran kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Senin malam (12/1/2).
Dalam pandangan Iwel, ada beberapa argumentasi mengapa pimpinan lembaga tinggu negara tidak pantas memunculkan kembali wacana penundaan pemilu.
Pertama, wacana penundaan Pemilu sudah redup dan sudah basi. Bagi Iwel, memunculkannya kembali wacana itu justru akan menimbulkan tanda tanya dan kecurigaan ada kepentingan dibalik suara itu.
Faktor kedua, Komisi Pemilihan Umum (KPU) secara resmi sudah memulai tahapan pemilu dan pilkada serentak 2024 sejak 14 Juni 2022 yang lalu.
Ia menilai, seharusnya sebagai pimpinan lembaga tinggi negara Bambang Soesatyo dan LaNyalla membangun rasa optimis.
"Bahwa pemilu akan berlangsung sesuai jadwal secara demokratis," pungkasnya.
BERITA TERKAIT: