Demikian pandangan pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul, M. Jamiluddin Ritonga kepada
Kantor Berita Politik RMOL, Senin (31/10).
Menurut Jamiluddin, jika memang nantinya pasangan Prabowo-Cak Imin dideklarasikan kesan politik yang muncul adalah dipaksakan.
"Prabowo dan Cak Imin dilihat dari elektabilitasnya seperti bumi dan langit. Elektabilitas Prabowo sangat tinggi, sementara Cak Imin antara ada dan tiada," demikian analisa Jamiluddin.
Analisa Jamiluddin, elektabilitas Cak Imin diperkirakan tidak akan mengalami peningkatan. Karena itu, Cak Imin tidak akan dapat membantu dan meningkatkan elektoral Prabowo.
Artinya, kalau Prabowo nantinya dipasangkan dengan Cak Imin, maka peluang menang sangat kecil. Imbasnya, peluang bagi Prabowo untuk merasakan RI 1 akan tertutup.
"Tentu hal itu akan menyakitkan bagi Prabowo untuk yang keempat kalinya," jelas mantan Dekan Dekan FIKOM IISIP Jakarta ini.
Selain itu, Jamiluddin menilai, dari sisi kapasitas finansial, Cak Imin juga terbatas. Padahal, di sisi lain biaya untuk Pilpres sangat besar. Diperkirakan minimal diperlukan Rp 10 triliun untuk
cost Pilpres.
"Tentu cak Imin tak memiliki finansial sebesar itu. Karena itu, Cak Imin juga lemah dari sisi finansial," pungkas Jamiluddin.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: