Di kabinet Joko Widodo-Maruf Amin, Gerindra dapat dua jatah menteri, yaitu Menteri Pertahanan yang duduki Prabowo, dan Menteri KPP yang dipercaya Prabowo kepada Edhy.
Banyak dugaan kenapa Prabowo tidak bicara langsung. Ada yang mengatakan, Prabowo belum bisa menerima sikap Edhy yang dikadernya dari bawah.
Ada juga yang menilai, Prabowo masih kesal dan marah terhadap kelakuan Edhy.
Alasan lain, Prabowo masih mendalami kenapa Edhy "diterget".
Mantan Danjen Kopassus itu masih terus mengamati apakah ada yang melakukan "operasi" terhadap Gerindra.
Tapi apapun itu alasan itu, Prabowo pasti menunggu keputusan Presiden Jokowi. Apakah Menteri KKP masih menjadi jatah Gerindra, atau akan diserahkan kepada orang lain, bisa partai dan profesional.
Adapun Prabowo diyakini akan "timbul dan tenggelam" bersama Jokowi. Dia akan tetap berada di kabinet, tidak akan minggat.
Berjuang di zona nyaman adalah pilihan yang tepat saat ini. Karena kembali jadi oposisi pun, belum tentu juga dipercaya rakyat.
Prabowo mungkin masih berbaik sangka kepada Jokowi. Jatah kursi menteri tidak akan dikurangi, mengingat Gerindra adalah partai terbesar kedua setelah PDI Perjuangan.
Adapun untuk kepentingan Jokowi dalam menjaga stabilitas rezim, Menteri KKP seperti memang masih diserahkan ke Gerindra.
Lalu siapa yang akan ditunjuk Prabowo menggantikan Edhy? Soal nama tidak perlu khawatir. Gerindra punya stok banyak.
Yang sudah muncul ke permukaan, ada nama Sandiaga Uno, Sufmi Dasco Ahmad, Fadli Zon dan Ahmad Muzani.
Lalu bagaimana masa depan Prabowo pasca penangkapan Edhy, ya masih panjang. Penangkapan Edhy tidak terlalu siknifikan terhadap Prabowo.
Syaratnya Jokowi lolos sampai 2024, dan Prabowo tetap ada dalam kabinet. Sembari, Gerindra terus memperbaiki citra partai.
Syarat lain, Prabowo dan Gerindra mampu menggandeng tokoh yang dipercaya rakyat seperti Anies Baswedan.
BERITA TERKAIT: