KreatifSaya menghargai, menghormati, dan mengagumi kreativitas redaksi majalah
Tempo mencipta sebuah mahakarya judul jurnalistik superduper ampuh untuk menarik perhatian konsumen produk jurnalistik di tengah kemelut pemberitaan tentang pagebluk Corona.
Dalam mencipta judul cover jelas bahwa redaksi
Tempo tidak kalah kreatif sekaligus profokatif ketimbang redaksi
Time, The Economist atau
Der Spiegel.
Pendek kata layak diacungi dua jempol tangan! Namun sebagai pengagum pujangga Italia, Carlo Collodi sang penggubah kisah dongeng L’avventura di Pinnochio yang kemudian dipopulerkan sebagai film animasi ke segenap penjuru dunia oleh Walt Disney, dengan berat hati saya menilai perilaku menyamakan Senayan dengan Pinokio pada hakikatnya merupakan suatu perilaku jurnalistik kurang senonoh.
Di dalam mahakarya klasik Carlo Collodi, sifat tokoh sang boneka kayu semula memang suka berbohong, namun sebenarnya Pinokio sama sekali tidak licik, curang atau munafik.
Bahkan lambat laun Pinokio sadar atas kebiasaan buruk diri berbohong, maka kemudian memperbaiki diri sehingga akhirnya Pinokio mengalami alih-raga dari sebuah boneka kayu berubah menjadi sosok manusia sejati seutuhnya.
Das SollenMemang jika niat berhenti pada das Sein mengeksploratir fakta Pinokio tukang bohong, maka tidak terbantahkan redaksi
Tempo memang bersikap tidak etis terutama terhadap Pinokio yang disamakan dengan Senayan.
Namun apabila redaksi
Tempo berniat das Sollen, maka yang diharapkan dari judul “Siasat Pinokio Senayan†adalah Senayan berkenan memperbaiki sikap dan perilakunya. maka saya makin hormat dan kagum atas kreatifitas sang penggubah judul tersebut.
Ternyata judul “Siasat Pinokio Senayan†bukan hanya sekadar siasat-muslihat marketing produk jurnalistik belaka namun juga mengandung makna kearifan kerakyatan lebih dalam keadiluhurnya yaitu menjunjung tinggi nilai kemanusiaan sebagai mahkota peradaban. Merdeka!
Penulis adalah pendiri Sanggar Pembelajaran Kemanusiaan
BERITA TERKAIT: