Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Merawat Kerukunan Umat Beragama

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/jaya-suprana-5'>JAYA SUPRANA</a>
OLEH: JAYA SUPRANA
  • Jumat, 04 September 2020, 23:38 WIB
Merawat Kerukunan Umat Beragama
Abdurahman Wahid atau Gus Dur/Net
PADA saat berkunjung ke Abu Simbel di kawasan perbatasan Mesir dengan Sudan, saya takjub bukan hanya akibat kedahyatan kuil kembar di Abu Simbel yang sempat secara harafiah dipindah ke dataran lebih tinggi oleh UNESCO agar tidak terendam air akibat pembangunan bendungan raksasa Aswan tetapi juga akibat kuil utama Abu Simbel menampilkan patung monumental Ramesses II bukan sekedar sebagai Firaun namun sebagai Dewa setara dengan Ra, Maat, Ptaah dan lain-lain.

Bak dewa

Tak tahan menahan rasa takjub, saya nekad bertanya kepada pemandu yang memandu saya dan ibu Ayla tentang kenapa Ramesses II didewakan. Sang pemandu menjelaskan bahwa agama Mesir kuno memperkenankan siapa pun untuk mendewakan dewa masing-masing berdasar selera dan kehendak masing-masing. Maka ada yang mendewakan buaya sebagai dewa Sobek. Ada yang mendewakan anjing gurun menjadi dewa Anubis. Burung falkon sebagai Horus. Kera baboon sebagai dewa Toth. Singa betina sebagai dewi Sekmeth. Kuda Nil sebagai dewi Taweret, Kucing sebagai dewi Bastet. Buaya sebagai dewa Sobek. Karena mungkin tidak berkeliaran di Mesir maka tidak ada kadal gurun, cebong atau kampret didewakan menjadi Dewa mau pun Dewi. Tetapi bagi yang mendirikan kuil kembar Abu Simbel, Ramesses II dianggap cukup layak dinobatkan sebagai Dewa.

Kerukunan umat beragama

Dengan begitu banyak Dewa-Dewi hadir pada kehidupan masyarakat maka saya mempertanyakan bagaimana cara menjaga dan merawat kerukunan antar umat beragama pada masa peradaban Mesir Kuno dalam kurun waktu ribuan tahun.

Sang pemandu ramah tersenyum sambil sabar menjelaskan bahwa kerukunan umat beragama di jaman Mesir kuno ketat dijaga dan cermat dirawat dengan kesepakatan antar umat beragama pada masa tersebut bahwa setiap orang berhak mendirikan kuil dengan pilihan dewa masing-masing namun setiap orang dilarang keras menyatakan dewa pilihan dirinya sendiri lebih mulia ketimbang dewa pilihan orang lain. Tidak ada dewa-dewi Mesir yang lebih mulia ketimbang dewa-dewi Mesir lain-lainnya.

Gus Dur

Langsung saya teringat kepada ajaran mahaguru Islam serta toleransi beragama saya, Guru Bangsa Indonesia: Gus Dur yang tegas menegaskan kepada saya bahwa agamamu agamamu, agamaku agamaku yang tidak membenarkan setiap insan beragama untuk melecehkan apalagi menista agama orang lain.

Pedoman agamamu agamamu, agamaku agamaku memang telah terbukti ampuh sebagai pedoman akhlak utama bagi bangsa Indonesia demi menjaga peradaban kerukunan antar umat beragama di persada Nusantara yang di masa kini telah menjadi suri teladan bagi seluruh umat manusia di planet bumi ini. Memang apabila disalah-tafsirkan dan disalah-gunakan oleh manusia, agama yang seharusnya membawa kedamaian bisa malah bisa membawa malapetaka bagi umat manusia. rmol news logo article

Penulis adalah Cantrik Gus Dur

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA