Menurut data Worldmeters jumlah korban terinveksi virus Corona di seluruh dunia sampai (6/8/2020) berjumlah 18.945.564 orang, dan meninggal dunia berjumlah 709.872 orang. Sedangkan yang berhasil disembuhkan berjumlah 12.137.454 orang. Jumlah meninggal dan terinveksi diperkirakan akan terus bertambah selama vaksinnya belum ditemukan.
Kini masyarakat internasional yang menderita akibat wabah virus Covid-19, dengan semangat kemanusiaan berlomba dan bekerjasama bahu-membahu berusaha untuk menemukan vaksinnya, agar virus jenis baru ini berhenti menelan korban.
The Coalition for Epidemic Preparedness Innovation (CEPI) telah menghimpun US $ 2 miliar dana, untuk menyokong berbagai eksperimen yang berusaha untuk menemukan vaksin Covid-19.
WHO mengumumkan adanya komitmen sebesar US $8.1 miliar dari 40 negara yang berpartisipasi, sebagai bentuk kepedulian sekaligus solidaritas dalam membiayai berbagai eksperimen, baik yang dilakukan oleh universitas, pusat riset, dan perusahan, atau kerjasama diantara lembaga-lembaga yang peduli, khususnya yang telah melewati tahap-1 dan tahap-2 yang tersebar di berbagai negara, dengan target selambat-lambatnya 12 bulan setelah virus ini muncul, vaksinnya bisa ditemukan.
Tahap-1 dan tahap-2 merupakan uji klinis terhadap manusia dalam jumlah terbatas. Jika Tahap-2 melibatkan 50-100 relawan, maka Tahap-2 melibatkan 100-400 relawan. Tahap-3 melibatkan relawan lebih besar antara 500-2000.
Calon vaksin yang boleh dilakukan uji klinis Tahap-1, Tahap-2, dan Tahap-3, baru boleh dilakukan setelah eksperimen di laboratorium diikuti ujicoba pada hewan dilalui. Uji coba pada tubuh manusia dijamin aman, karena menggunakan standar ilmiah yang sudah baku, dan diakui, serta disepakati oleh berbagai lembaga medis internasional. Bila Uji klinis Tahap-3 berhasil dilalui, maka serum ini bisa diproduksi secara massal dan boleh dikonsumsi.
Dari 231 calon vaksin hasil eksperimen yang dilakukan oleh berbagai lembaga yang tersebar di berbagai negara, telah tersaring menjadi 24 yang berhasil memasuki uji klinis tahap-1 dan tahap-2, sedang yang sudah memasuki tahap-3 baru 6 calon vaksin.
Diantara negara-negara yang berlomba untuk menemukan vaksin virus Covid-19 ini antara lain: China, Inggris, Amerika, Kanada, Jepang, Korea Selatan, German, Perancis, Australia, dan Rusia. Ada yang bekerjasama lintas negara, tatapi ada pula yang murni dikerjakan kerjasama di dalam negri sendiri. Dana yang disiapkan pemerintah masing-masing tentu ikut mempengaruhi, disamping dukungan teknologi, laboratorium, dan sumber daya manusia yang dimiliki.
Diantara negara-negara yang berkompetisi tersebut, ternyata China yang paling banyak menghasilkan calon vaksin.
Sayang diantara daftar negara yang berhasil menemukan calon vaksin, tidak satupun negara Muslim. Ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa negara-negara Muslim gagal dalam kompetisi kemanusiaan ini. Pertama, sejumlah negara Muslim tidak peduli dengan pandemi ini, karena sibuk dengan perang saudara seperti Suriah, Yaman, dan Libia.
Kedua, negara-negara Muslim yang peduli dan memiliki sumber daya manusia yang memadai, sayang tidak memiliki cukup anggaran untuk membiayai proyek yang cukup mahal ini. Indonesia, Malaysia, Turki, Pakistan, Iran, termasuk dalam kategori ini.
Ketiga, negara-negara Muslim yang peduli dan memiliki dana, sayang tidak memiliki sumberdaya manusia yang memadai, disamping tertinggal dalam penguasaan teknologi obat-obatan. Negara-negara Arab kaya di kawan Teluk termasuk kategori ini. Sekiranya ada solidaritas dan kerjasama yang baik diantara negara-negara Muslim, tentu kendala yang dihadapi masing-masing negara dapat diatasi.
Indonesia kini menerima calon vaksin yang diproduksi oleh Sinovac yang berasal dari China, yang kini sudah memasuki uji klinis tahap-3. Bio Farma sebagai parner di Indonesia bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran dan BPOM, akan melibatkan 1.620 relawan untuk mengujicoba selama 3-6 Bulan, untuk memastikan bahwa vaksin ini layak untuk digunakan.
Sebelumnya Cinovac telah berhasil memproduksi memproduksi enam vaksin yang digunakan manusia dan satu vaksin untuk hewan. Diantaranya vaksin Hepatitis A dan B, influenza H5N1 (flu burung), influenza H1N1 (flu Babi), vaksin Gondok, dan vaksin Rabies Anjing.
Jika berhasil dalam vaksin Covid-19 ini, maka Bio Farma akan mendapatkan hak untuk memproduksinya dengan kapasitas 100 juta butir pertahun. Apakah Bio Farma boleh mengekspor atau hanya boleh untuk konsumen dalam negri, tentu sangat bergantung dengan perjanjian yang dibuatnya dengan pihak Sinovac Biotechnology Ltd yang berbasis di Beijing sebagai pemilik hak patennya. Karena di sinilah nilai bisnisnya. Pada saat bersamaan calon vaksin produk Cinovac juga diuji coba di Turki, Brazil, dan Chili.
Bagi China yang lebih penting adalah martabat bangsanya akan meningkat, bukan saja di mata rakyat Indonesia, akan tetapi jugs di dunia internasional, karena keberhasilannya menunjukkan kemampuannya dalam penguasaan teknologi obat-obatan, disamping kepeduliannya dan perannya yang nyata dalam mengatasi masalah kemanusiaan.
Kalau memggunakan bahasa Al Qur'an, maka China berhasil mengamalkan perintah Al Qur'an sebagaimana disinggung di awal tulisan ini, sehingga ia bisa menjadi rahmatan lil alamin. Sebuah tugas mulia manusia sebagai Khalifah fil ardi yang seharusnya ditunaikan oleh Ummat Islam.
Penulis adalah pengamat politik Islam dan demokrasi.