Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Hubungan Amerika Serikat Dan China Di Masa Pandemik Covid-19

Kamis, 18 Juni 2020, 14:10 WIB
Hubungan Amerika Serikat Dan China Di Masa Pandemik Covid-19
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping/Net
AMERIKA Serikat dan China merupakan dua negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di ranah internasional. Munculnya China dengan kekuatan ekonomi yang mulai menyaingi Amerika Serikat (AS) membuat perang dagang terjadi antara kedua belah pihak.

Kebijakan AS berdampak bagi China, AS meningkatkan restriksi impor dalam rangka menekan defisit perdagangan dengan China. Defisit perdagangan AS dengan China meningkat dari angka 371,8 miliar dolar AS pada tahun 2016 menjadi 395,8 miliar dolar AS pada tahun 2017. Dan hal tersebut mendapatkan respon dari China dengan menambahkan tarif impor terhadap 128 produk AS senilai 3 miliar dolar AS dan 106 produk impor dari AS lainnya senilai 50 miliar dolar AS.

Perang dagang ini berlangsung tanpa dapat dipastikan kapan berakhirnya.Perang dagang tersebut mulai menurun tensinya setelah adanya wabah virus yang menyerang sebagian besar masyarakat dunia. Hal ini membuat fokus kedua belah pihak teralihkan. Ketegangan juga terjadi dikarenakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut virus corona sebagai “virus China’ dibeberapa kesempatan ditambah oleh penyebutan “virus wuhan” oleh Menteri Luar Negeri Mike Pompeo. Perkataan tersebut membuat pihak China tersinggung.

China telah menyebarkan berita bahwa pandemik ini disebabkan oleh program militer AS, dan pemberitaan tersebut mendapatkan daya tarik yang banyak. Sedangkan AS sendiri yang diwakilkan oleh presiden dan menteri luar negerinya mengecam China mengenai kegagalannya dalam penanganan awal wabah tersebut.

Pertarungan tersebut juga berlanjut kedalam perebutan sebagai pemain global yang unggul. Dalam masa pandemi seperti ini, para pemimpin sedang diuji bagaimana cara mereka menanggulangi masalah yang ada. Situasi seperti ini membuat AS dan China tidak terfokus kepada perdagangan parsial, tapi lebih mempersiapkan atau mempersenjatai diri kembali dalam menghadapi konflik Asia Pasifik di masa mendatang. China mulai memperkuat pengaruhnya di kawasan Asia Pasifik yang membuat AS melalui mitranya, yaitu Australia harus menanggulangi hal tersebut agar tidak terjadinya alih kekuasaan dikawasan tersebut. Karena bagaimanapun AS dan China akan tetap memperebutkan pasar yaitu negara-negara yang tidak memihak kemanapun dan negara-negara pengonsumsi produk-produk dari dua negara tersebut.

Dari penjelasan di atas dapat kita relevansikan fenomena tersebut kedalam teori realisme. Realisme merupakan salah satu teori tradisional hubungan internasional. Dalam Hubungan Internasional, realisme politik adalah tradisi analisis yang menekankan keharusan negara-negara untuk mengejar politik kekuasaan kepentingan nasional. Realis menekankan batasan pada politik yang dipaksakan oleh egoisme manusia dan tidak adanya pemerintah internasional atau anarki, yang membutuhkan keunggulan dalam semua kehidupan politik kekuasaan dan keamanan.

Selaras dengan ranah internasional yang tidak kuasai oleh kekuatan suatu negara dengan mutlak menjadi pemimpin internasional. Hal tersebut menyebabkan banyaknya negara-negara yang berlomba agar menjadi negara berkekuatan besar supaya dapat menguasai banyak pihak. Hal tersebut juga dilakukan oleh China dan AS dalam rangka memperkuat pengaruhnya di berbagai wilayah. Dalam situasi pandemi seperti ini juga tidak memungkiri adanya persaingan dari banyak negara agar dapat dipandang bahwa negaranya memiliki kemampuan menanggulangi masalah bersama.

Kondisi ini bisa juga menjadi lebih buruk, menjadi konfrontasi bersenjata. Laporan tersebut disusun oleh China Institute of Contemporary International Relations (CICIR). CICIR merupakan suatu lembaga pemikir yang terafiliasi dengan Kementerian Keamanan Negara dalam bidang intelijen.

Amerika Serikat telah memberikan tuduhan kepada China hingga ke WHO (World Health Organization) karena ketidakterbukaan WHO mengenai wabah virus corona dan di nilai terlalu berpihak kepada China. AS juga menuduh bahwa virus corona merupakan hasil rekayasa yang dilakukan Institut Virologi Wuhan, serta mendesak China agar memperbolehkan akses bagi para pakar dunia memeriksa kegiatan dan standar baku kegiatan di lokasi tersebut. Tetapi respon yang diberikan China sangat keras enggan memberikan izin dan membantah semua tuduhan tersebut.

Nasib politik, kebutuhan keamanan, dan ketahanan politik adalah hal yang penting bagi kaum realisme. AS dan China sama-sama ingin menguasai berbagai bidang diranah internasional. Mereka selalu memperkuat keamanan, ketahanan dan nasib politik masing-masing. Akibat keadaan China yang berangsur membaik dan AS mulai mencapai angka satu juta jiwa korban dari wabah tersebut menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi AS.

Pengaruh AS akan menurun di mata dunia dan akan menguntungkan pihak China. Perseteruan kedua belah pihak berlanjut dengan pernyataan Trump mencabut bantuan anggaran bagi WHO dan dengan kemungkinan tidak melanjutkannya sampai kapanpun. Hal tersebut menjadi peluang yang bagus bagi China. Pada akhirnya China menanggapinya dengan memberikan bantuan dan tambahan kepada WHO jutaan dolar.

Hubungan Amerika Serikat dengan China dalam masa pandemik Covid-19 tidak lebih baik dari sebelumnya. Konflik dan ketegangan selalu menyertai kedua negara tersebut. Amerika dan China selalu bersaing mulai dari perdagangan hingga penanggulangan dari wabah yang tengah terjadi disebagian besar wilayah dunia.

Dilihat dari sudut pandang realisme perilaku dua negara ini sangatlah relevan yaitu sifat egoisme manusia dan keserakahan dalam berbagai hal, terutama realisme politik yang selalu menekankan negara-negara untuk mengejar kekuasaan dan memenuhi national interest masing-masing negara.

Kedua negara akan terus memperkuat pengaruh mereka di berbagai negara-negara, apalagi dalam masa seperti ini akan banyak gerakan-gerakan yang dilakukan agar dapat menyita simpati masyarakat internasional. Dan sudah dipaparkan di atas bagaimana mereka melakukan berbagai cara agar tidak tergerus eksistensinya walaupun dalam keadaan seperti ini. Ketegangan tidak tahu sampai kapan akan terus berlangsung. rmol news logo article

Nuralfi Nazmi Laila Mahasiswi Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA