Selamat Idul Fitri
Selamat Idul Fitri Mobile
Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Otak Kiri, Otak Kanan

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/jaya-suprana-5'>JAYA SUPRANA</a>
OLEH: JAYA SUPRANA
  • Rabu, 03 Juni 2020, 20:26 WIB
Otak Kiri, Otak Kanan
Ilustrasi otak kanan otak kiri/Istimewa
PADA tahun 1981, neuropsikobiologis asal Kanada, Roger Wolcott Sperry bersama dua rekan ilmuwan sejawatnya, yaitu David Hunter Hubel dan Torsten Nils Wiesel bersama memperoleh anugrah Nobel dalam bidang fisiologi dan kedokteran untuk teori otak terbagi menjadi otak kiri yang dianggap sebagai pusat pemikiran rasional dan otak kanan sebagai pusat pemikiran emosional.

Bukan Penganut

Saya bukan penganut aliran kepercayaan teori neureopsikobiologis yang memilah otak sebagai otak kiri dan otak kanan. Saya pribadi lebih percaya otak manusia adalah suatu bentuk dan jenis organ yang merupakan suatu kesatuan dan persatuan selaras dengan sila ke-III Pancasila, maka tidak perlu dipilah menjadi dua sehingga ada yang kiri atau kanan.

Jika ingin dipaksakan ada yang kanan atau kiri, maka terasa kurang lengkap, maka kurang adil jika tidak ditambah dengan yang depan dan yang belakang, serta yang di atas dan di bawah dan jangan lupa dengan yang utara dan selatan, serta timur mau pun yang timur laut, tenggara, barat daya dan barat laut bahkan di luar dan di dalam dan lain-lainya, dan seterusnya, dan sebagainya.

Eling Lan Waspodo

Maka meski terus terang terpaksa mengakui tidak mampu menahan tawa, saya tetap tidak terlalu setuju terhadap sebuah meme yang beredar di alam maya dengan ilustasi Donald Trump sedang tertawa gembira dilengkapi teks: “Trump has two parts of brain, “left” and “right”. The left side has no right, the right side has no left!“.

Sebagai pendiri Perhimpunan Pencinta Humor, saya menilai meme itu lucu banget dalam mempermainkan logika teori otak manusia terbagi menjadi otak kanan dan otak kiri. Namun sebagai pendiri Pusat Studi Kelirumologi, saya senantiasa wajib berupaya menyimak kenyataan dengan lensa kebenaran. Maka menurut pendapat saya, meme itu memang sangat jenaka namun sayang sekaligus juga kurang akurat, maka masih bisa diperdebatkan kebenarannya.

Namun naskah ini ditulis bukan demi membatalkan anugrah Nobel kepada Sperly-Hubel-Wiesel. Naskah ini hanya ingin menggarisbawahi fakta tak terbantahkan bahwa Donald John Trump memang merupakan kasus istimewa yang potensial memporak-porandakan segenap teori ilmu baik yang ilmiah mau pun tidak ilmiah di alam semesta!

Demi eling lan waspodo menghindari risiko dipolisikan, maka lebih baik saya mohon izin untuk berhenti menulis naskah ini sampai di sini saja.

Penulis adalah pendiri Pusat Studi Kelirumologi dan Perhimpunan Pencinta Humor

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA