Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Membandingkan Kemajuan UEA Dengan Qatar

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/dr-muhammad-najib-5'>DR. MUHAMMAD NAJIB</a>
OLEH: DR. MUHAMMAD NAJIB
  • Selasa, 18 Februari 2020, 21:57 WIB
Membandingkan Kemajuan UEA Dengan Qatar
Foto: Net
UNI Emirat Arab (UEA) dan Qatar kini menjadi simbol kemajuan peradaban di dunia Arab. Lebih dari itu, kini muncul harapan kebangkitan Dunia Arab akan dihela oleh dua negara Arab kaya di kawasan Teluk ini.

Dalam bidang olahraga, Abu Dhabi sebagai ibukota UEA kini dikenal memiliki salah satu sirkuit balap mobil Formula 1 terbaik di dunia. Sementara berbagai pagelaran kejuaraan golf kelas dunia secara rutin diadakan di Dubai yang menjadi bagian dari keamiran UEA.

Sementara Qatar kini memiliki tim sepak bola yang tangguh. Tahun lalu kesebelasan Qatar berhasil menjadi juara Asia setelah menekuk dengan angka meyakinkan 3-1 kesebelasan Jepang di Final. Qatar juga dipercaya IOC sebagai tuan rumah kejuaraan sepak bola yang akan berlangsung tahun 2022. Untuk itu, Doha bukan saja merenovasi stadion-stadion yang ada, akan tetapi juga membangun stadion-stadion baru.

Dalam bidang penerbangan, UEA memiliki Emirates dan Etihad, sementara Qatar memiki Qatar Airways. Tiga maskapai ini mengantongi berbagai penghargaan terbaik di tingkat dunia dan merajai dunia penerbangan sampai saat ini, baik dalam jumlah armada, banyaknya rute, maupun jumlah penumpang yang diangkutnya.

Dalam bidang media Qatar memiliki Al Jazeera dengan dua versi: berbahasa Arab dan Inggris. Aljazeera berbahasa Inggris oleh sejumlah lembaga penelitian ditempatkan sebagai media terbaik di dunia, dari segi kecepatan, akurasi, netralitas pemberitaan, serta jumlah penontonnya atau yang mengaksesnya.

UEA berusaha mengejar dengan membuat Al Arabiya.

Dalam bidang ekonomi, Doha dan Abu Dhabi masih mengandalkan ekspor minyak dan gas. Kini mereka mengembangkan bisnis IT, khususnya di dunia telekomunikasi, perbankan, pariwisata, perumahan, serta investasi di luar negeri.

Bila dilihat dari indikator ekonomi pada umumnya, Qatar memiliki GDP U$ 191.363 miliar, dan income perkapita U$ 70.379 sedangkan UEA memiliki GDP U$ 414 miliar dolar, dan income perkapita U$ 23.000. Dalam hal GDP UEA tampak lebih besar, sedangkan dalam income percapita jauh lebih kecil, karena dihitung mencakup 7 bagian. Padahal Abu Dhabi merupakan negara bagian terkaya dan mensubsidi banyak negara bagian lainnya.

Dalam bidang pendidikan, kesehatan/rumah sakit, museum, seni musik, seni arsitektur, dan berbagai indikator kemajuan peradaban berkembang dengan pesat di dua negara ini.

Sayangnnya kemajuan dua negara ini mulai memasuki persaingan yang tidak sehat. Hal ini bertambah runyam disebabkan Saudi Arabia dan Mesir dua negara Arab besar yang pernah berjaya di masa lalu, tidak rela melihat langkah maju Qatar dalam mengembangkan demokrasi.

Kebijakan Qatar menerima pelarian politik Ikhwanul Muslimin (IM) dituduhnya sebagai menampung para teroris. Padahal IM adalah organisasi politik prodemokrasi yang hidup hampir di seluruh Dunia Arab, meski sebagian tidak diakui sehingga bergerak di bawah permukaan.

Akibatnya UEA yang sangat dekat dengan Saudi Arabia terperangkap dalam jaringan negara-negara Arab konserfatif yang antidemokrasi, untuk ikut memboikot dan memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar.

Putusnya hubungan diplomatik ini berimplikasi terhadap terputusnya hubungan darat, laut, dan udara. Hal ini sempat membuat Qatar sebagai negara kecil kelimpungan. Untungnya Iran dan Turki sebagai negara besar di kawasan segera turun tangan untuk membantunya secara ekonomi dan membelanya secara politik.

Tuntutan yang diberikan Saudi Arabia dan sekutunya untuk memulihkan hubungan diplomatik ada 13 macam yang dikenal sebagai daftar hitam, di antaranya menutup TV Aljazeera, mengusir tokoh-tokoh IM, menurunkan hubungan diplimatik dengan Iran.

Bagi Qatar, tuntutan ini sudah memasuki wilayah  kekuasaan negara dan martabat bangsa (sovereignty & dignity). Jika tujuan Saudi Arabia dan Mesir untuk memaksa Qatar tunduk dan mengikuti kemauannya, maka tujuan pemboikitan tersebut jelas telah gagal.

Kini putusnya hubungan diplomatik antara Qatar dan UEA sudah memasuki tahun ketiga (dimulai 2017), sementara negosiasi antara Doha dengan Riad untuk pemulihannya berlarut-larut, dan sampai sekarang belum tampak titik temunya.

Bersamaan dengan itu, Israel sudah mulai nimbrung, semoga UEA segera menyadarinya sehingga harapan dua negara Arab bertetangga ini sebagai pembawa obor kebangkitan peradaban Islam di masa yang akan datang tidak layu sebelum berkembang. Wallahua'lam. rmol news logo article

Penulis adalah Pengamat Politik Islam dan Demokrasi

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA