Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Dubes Portugal: Situasi di Papua dan Timor Leste Berbeda

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/teguh-santosa-5'>TEGUH SANTOSA</a>
OLEH: TEGUH SANTOSA
  • Selasa, 17 Desember 2019, 10:18 WIB
Dubes Portugal: Situasi di Papua dan Timor Leste Berbeda
Dutabesar Republik Portugal Rui Fernando Sucena Do Carmo/RMOL
BERADA di Teluk Iberia, sejak berdiri di tahun 868 M Portugal yang kini dihuni sekitar 10,2 juta jiwa nyaris tidak mengalami perubahan batas wilayah.

Di masa lalu, Portugal adalah negeri para penjelajah. Vasco da Gama, Pedro Alvares Cabral, Ferdinand Magellan, Christopher Columbus, Diogo Cao, Diogo Silves, dan Bartolomeu Dias, adalah beberapa dari sekian banyak penjelajah Portugal yang langsung atau tidak langsung ikut menentukan peta dunia dan batas-batas negeri, serta mendorong kebangkitan gagasan kebangsaan di banyak tempat di muka bumi.

Ketika menerima kami di kantornya, Dutabesar Republik Portugal Rui Fernando Sucena Do Carmo tidak sungkan membagi cerita dari masa lalu, termasuk kompetisi di antara negara-negara Eropa dalam menemukan negeri-negeri baru yang kelak menjadi koloni mereka. 

Misalnya tentang Perjanjian Tordesillas tahun 1494 antara Portugal dan Spanyol yang membuat, antara lain, hingga kini hanya Brazil di Amerika Latin yang menggunakan bahasa Portugis. Sementara selebihnya menggunakan bahasa Spanyol, kecuali tiga negara kecil yakni Suriname, Guyana Prancis dan Guyana Inggris.

Pertarungan antara Portugal dan Spanyol di masa lalu juga terjadi di kawasan yang kini dikenal sebagai Indonesia. Persisnya di kepulauan rempah-rempah Maluku, melibatkan Kerajaan Ternate dan Kerajaan Tidore. Portugal menginjakkan kaki di Ternate setahun setelah mereka menaklukkan Malaka di tahun 1511.

Hubungan Indonesia dan Portugal pasca Perang Dunia Kedua mengalami dinamika yang menarik. Portugal mengakui kedaulatan Indonesia pada 28 Desember 1949, setelah Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda. Pada 13 Mei 1950, Portugal membuka kantor legation di Jakarta. Dutabesar pertama Portugal tiba di Jakarta setahun kemudian. Lalu di tahun 1952 Kedutaan Portugal mulai beroperasi di Jalan Indramayu, Menterng, Jakarta Pusat.

Pada 1 Januari 1965 Indonesia memutuskan hubungan diplomatik dengan Portugal, sebagai bentuk solidaritas pada negara-negara Non Blok. Setelah Revolusi Anyelir 1974 di Portugal yang dianggap sebagai kebangkitan demokrasi, pemerintah Orde Baru kembali membuka hubungan diplomatik dengan Portugal pada 21 Januari 1975.

Tidak lama, pada 8 Desember 1975 giliran Portugal memutuskan hubungan diplomatik dengan Indonesia sebagai protes atas keterlibatan Indonesia dalam dinamika di Timor Leste.

Pada Januari 1999, setelah pemerintahan di Indonesia berganti, Portugal membuka Interest Section di Jakarta, dan pada 28 Desember 1999 Portugal kembali membuka Kedubes di Jakarta, di gedung yang sama di Jalan Indramayu 2A, Menteng.

Dalam wawancara dengan Republik Merdeka, Dubes Rui Carmo yang lahir di Angola, 13 Maret 1962 juga membahas berbagai peluang kerjasama Indonesia dan Portugal di masa mendatang.

Berikut petikannya:


Tidak banyak yang mengetahui dinamika hubungan Portugal dan Indonesia. Kami berharap Anda bisa sedikit mengelaborasi hal ini…

Hubungan Indonesia dan Portugal tumbuh dan berkembang pesat. Tahun ini adalah tahun ke-20 hubungan Indonesia dan Portugal setelah keduanya sepakat kembali menjalin hubungan diplomatik pada Desember 1999.

Sejak hari itu, kita memutuskan untuk melangkah bersama, berusaha membangun hubungan yang dinamis dalam berbagai sektor.

Setelah periode yang panjang tanpa hubungan diplomatik yang formal, saya rasa kita menghadapi situasi yang cukup menantang. Tetapi kita telah mengambil langkah-langkah kecil namun pasti untuk memperkuat tidak hanya hubungan politik tetapi juga hubungan ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pendidikan. Tidak kalah penting, memperkuat hubungan dan ikatan kebudayaan di antara kita.

Portugis pernah berada di Indonesia 500 tahun lalu. Selama masa yang panjang itu Portugal meninggalkan nilai-nilai common patrimony di Indonesia. Di dalam bahasa Indonesia juga banyak kata yang berasal dari bahasa Portugis. Begitu juga dalam hal agama, makanan, pakaian, dan seterusnya. Saya menyimpulan, apa yang kita miliki bersama sangat menarik.

Lalu apa yang harus kita kerjakan? Saya rasa ini pertanyaan dan tugas yang sangat menantang. Negara kami hidup dalam konteks yang berbeda, dinamika situasi yang berbeda (dengan Indonesia). Tetapi saya yakin, kedua negara berjalan menuju arah yang benar.


Terkait dengan hubungan ekonomi, apa yang kita pertukarkan dalam perdagangan?

Dapat saya katakan bahwa perdagangan di antara kedua negara tidak begitu signifikan apabila kita bandingkan dengan negara lain di Eropa. Kami menyadari itu.

Trade balance kedua negara favourable ke Indonesia. Pada dasarnya, kami mengimpor dari Indonesia tekstil, kayu tropikal, karet, dan mineral. Dari sisi kami, kami mengekspor ke Indonesia mesin-mesin, sepatu, dan obat-obatan. Seperti yang saya katakan, nilainya tidak begitu antusias. Tetapi kami mendorong pelaku usaha kami untuk berkunjung ke Indonesia dan untuk mengeksplorasi peluang bisnis di Indonesia. Saya harus akui, pengetahuan mengenai realitas Indonesia juga masih kurang (di kalangan masyarakat Portugal).

Sebagai bagian dari tugas kami, kami menyampaikan kepada pelaku usaha di negara kami untuk datang ke mari, untuk melihat sendiri peluang yang ada dan membuat kontak dengan pelaku usaha di Indonesia. Indonesia adalah negara yang sangat besar dengan dinamika yang berbeda. Tidak ada acara lain, mereka harus datang ke sini sebagai langkah pertama untuk membangun hubungan ekonomi yang solid.


Bagaimana dengan sektor lain?

Saat ini kami sedang mengeksplorasi sektor pertahanan, dan peralatan kesehatan. Intinya kami sedang mengeksplorasi sektor lain untuk meningkatkan perdagangan antara kedua negara.


Umumnya, masyarakat Indonesia mengetahui bahwa Portugal tiba pertama kali di Malaka pada 1511, lalu di Maluku pada 1512. Apa yang kini kita dapatkan dari catatan sejarah itu?

Saya bisa mengatakan peninggalan yang dibangun Portugal pada masa itu di Maluku Utara, secara khusus di Pulau Ternate dan Pulau Tidore, sangat impresif. Seperti yang Anda tahu, bangsa Portugis tiba di kepulauan itu untuk mencari rempah-rempah yang saat itu merupakan komoditas yang bernilai sangat tinggi di Eropa.

Bangsa Portugis juga menjadikan Ternate dan Tidore sebagai vocal point dalam perdagangan rempah-rempah internasional sampai ke Eropa. Kemudian, bangsa Portugis dikalahkan oleh bangsa Spanyol. Lalu persaingan antara Ternate dan Tidore memuncak dan meledak bersamaan dengan persaingan terbuka antara bangsa Portugis dan bangsa Spanyol. Selanjutnya Belanda datang, dan seterusnya.

Kalau Anda ke Ternate, Anda masih bisa menemukan banyak banteng yang dibangun oleh Portugis. Benteng-benteng ini adalah tanda kehadiran bangsa Portugis. Juga ada tanda-tanda lain dalam hal budaya dan tradisi. Contohnya, di Ternate ada komunitas kecil Kristen. Ini agama yang dibawa bangsa Eropa pertama yang tiba di bagian itu.

Selanjutnya lagi, setelah Portugis tergusur dari kawasan itu, mereka membangun basis di Timor Leste, dari 1596 sampai 1975. Ini adalah koloni terakhir bangsa Portugis di Asia.

Makau secara teknis tidak merupakan koloni bangsa Portugis. Kami tidak menaklukkan Makau. Teritori Makau ditawarkan China kepada kami bangsa Portugis karena kami membantu mereka mengamankan wilayah mereka dari perompak. Sebagai balasan, mereka katakan, Anda bisa tinggal di teritori ini.


Selama Portugal berada di Timor Leste (dari 1596 sampai 1975) bagaimana hubungan Indonesia dan Portugal?

Dapat saya katakan secara umum bahwa Portugal mengakui kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia pada bulan Desember 1949, setelah Konferensi Meja Bundar di Den Haag. Dutabesar pertama Portugal tiba di Jakarta pada tahun 1951. Di tahun 1952 kami mendapatkan gedung tempat kita bertemu sekarang ini. Jadi gedung ini adalah lokasi kedutaan kami sejak 1952.

Pada Januari 1965 Indonesia dan Portugal menghentikan hubungan diplomatik karena ada pertanyaan mengenai posisi Portugal sebagai bagian dari colonial power. Sementara saat itu Indonesia adalah bagian aktif dari Non Alignment Movement, Gerakan Non Blok.

Tetapi walau tidak memiliki hubungan diplomatik formal, kami mempertahanan kehadiran konsulat kami di Jakarta, juga di gedung ini.

Kolega kami, mendiang Dutabesar Antonio d’Oliveira Pinto da Franca, sangat bersahabat dengan Indonesia. Dia teman baik banyak orang Indonesia. Dia mengunjungi hampir seluruh tempat di Indonesia. Dia menulis sebuah buku berjudul “Pengaruh Portugis di Indonesia” yang membahas secara tajam pengaruh bahasa Portugis di dalam bahasa Indonesia, sebagai sesuatu yang tampak nyata dan jelas.

Kedua negara kembali membangun hubungan diplomatik di bulan Januari 1975, hampir setahun setelah Revolusi Anyelir di Portugal. Namun di bulan Desember 1975 setelah kejadian di Timor Leste, Portugal kembali memutuskan hubungan dengan Indonesia, dan itu berlangsung sampai 1999.


Apa alasan paling konkret sehingga Portugal memutuskan hubungan dengan Indonesia di bulan Desember 1975?

Alasan pemutusan hubungan itu adalah intervensi yang dilakukan Indonesia terhadap deklarasi kemerdekaan yang telah dinyatakan Fretilin.

Intervensi militer Indonesia di teritori itu dipandang Portugal sebagai invasi, terlebih karena dilakukan hanya sekitar seminggu setelah deklarasi kemerdekaan.


Apakah ini sebuah protes kepada Indonesia?

Ya, itu adalah protes.

Setelah itu untuk waktu yang cukup lama kita tidak memiliki kontak diplomatik. Namun di Markas PBB, baik di New York maupun di Jenewa, kedua negara menjalin kontak melalui perwakilan-perwakilan mereka (secara informal).

Pada 1998 Presiden Soeharto turun dan digantikan oleh Presiden BJ Habibie yang menerima prinsip referendum (di Timor Leste). Dengan itu akhirnya kedua negara memutuskan untuk kembali menjalin hubungan diplomatik. Pertama pada level interest section, setelah itu membuka kembali hubungan kedua negara.

Saya perlu garisbawahi, itu semua catatan di masa lalu. Yang penting saat ini kita memikirkan hal-hal ke depan.

Kami sangat gembira Presiden SBY berkunjung ke Lisabon di tahun 2014. Setelah itu Presiden Anibal Antonio Cavaco Silva datang ke Jakarta di tahun 2012. Itu adalah kunjungan pertama yang dilakukan Presiden Portugal ke Indonesia.

Kita berharap di masa yang akan datang, apakah Presiden Joko Widodo atau Presiden Portugal Marcelo Rebelo de Sousa dapat melakukan kunjungan kenegaraan.


Indonesia memiliki pemerintahan baru hasil Pemilu dan Pilpres 2019. Portugal juga memiliki pemerintahan baru hasil pemilu yang lalu. Dengan hal ini apa yang harus kita lakukan untuk memperkuat hubungan kedua negara?

Pemilihan umum kami diselenggarakan tanggal 6 Oktober lalu dan pemerintahan baru, dengan Perdana Menteri yang sama, Antonio Costa, mengangkat sumpah hari Sabtu lalu (26 Oktober). Menteri Luar Negeri Portugal masih sama, Augusto Santos Silva. Begitu juga di Indonesia, Menteri Luar Negeri Indonesia masih sama, Ibu Retno LP Marsudi. Saya kira ini hal yang baik.

Saya harapkan dalam waktu dekat akan ada lebih banyak kunjungan, tidak hanya dari pejabat Portugal tetapi juga pejabat Indonesia.

Saya melihat, kontak politik harus diperkuat. Harapan saya, selama masa tugas saya di Indonesia, Presiden kami dapat berkunjung ke Indonesia. Juga saya berharap Presiden Jokowi dapat berkunjung ke Portugal.

Saya kira ini akan menjadi langkah yang bagus untuk menata hubungan yang lebih solid dalam mempromosikan hubungan kedua negara kepada berbagai kelompok, dari masyarakat sipil, akademisi, juga militer.

Ini harapan saya. Dan saya rasa kolega saya, Dubes Indonesia untu Portugal, Ibnu Wiwoho Wahyutomo, juga memiliki harapan yang sama.


Saya ingin menyentuh kembali isu Timor Leste. Itu terjadi di era Perang Dingin. Narasi yang berkembang di Indonesia untuk waktu yang cukup panjang adalah bahwa intervensi Indonesia dilakukan atas permintaan blok Barat dan Amerika Serikat untuk mencegah paham komunisme menyebar dari Timor Leste…

Fretilin (Frente Revolucionária de Timor-Leste Independente) adalah sebuah gerakan yang muncul Timor Leste setelah revolusi di Portugal di bulan April 1974.

Sesungguhnya, setelah revolusi itu partai politik dilegalisasi, tidak hanya di Portugal tetapi juga di koloni.

Tidak lama kemudian, Portugal mengakui hak penentuan nasib sendiri (right of self-determination) Timor Leste di bulan Juli 1974.

Dari masa itulah, partai politik dilegalisasi di Timor Leste. Saat itu ada beberapa, yang utama adalah Fretilin, UDT (Uniao Democratica Timorense), dan Apodeti (Associação Popular Democratica Timorense).

Di tahun 1975 tentu saja Perang Dingin berada di atas semua agenda, dan Indonesia khawatir dampak dari gerakan yang diklasifikasi sebagai gerakan Marxis dapat membahayakan (Indonesia). Selain itu, setelah internal dispute, keamanan di Timor Leste sangat rentan. Kelompok-kelompok di Dili mulai berperang dengan sesama mereka.

Gubernur Portugis Mayjen Mário Lemos Pires ketika itu telah menyatakan tidak ada jaminan keamanan di Dili. Ia mengungsi ke Pulau Atauru. Pertempuran antar kelompok terus terjadi sampai Fretilin memproklamasikan kemerdekaan Timor Leste pada 7 Desember 1975.

Kurang dari satu minggu kemudian, Indonesia memutuskan melakukan intervensi militer. Maka Portugal memandang itu sebagai intervensi yang mengganggu hubungan diplomatik kedua negara. Itu yang terjadi.

Itu perspektif yang saya miliki. Saat itu saya berusia 13 tahun.

Tetapi apa yang penting saat ini, Indonesia dan Timor Leste memiliki hubungan yang sangat baik. Kami sangat puas dengan hal itu. Timor Leste sedang berusaha menjadi anggota ASEAN dan kami sangat mendukung hal itu. Kami tahu bahwa Indonesia juga sangat mendukung hal itu. Saya rasa ini adalah jalan yang benar, karena kedua negara (Indonesia dan Timor Leste) memiliki hubungan yang sangat baik.

Ada hubungan teramat baik antara Xanana Gusmao dan almarhum Presiden Habibie, dan juga pemimpin-pemimpin yang lain di Indonesia. Kami sangat puas, dan kami berharap ini berlanjut seperti itu.

Sebelum itu (1975) Portugal tidak punya apapun yang bertentangan dengan kepentingan Indonesia. Persoalan utama (terkait isu Timor Leste ketika itu) pada dasarnya terkait dengan konstitusi Portugal.  

Dalam konstitusi kami disebutkan bahwa proses dekolonisasi harus dilakukan secara utuh hingga tuntas. Portugal memandang intervensi militer (yang dilakukan Indonesia) di Timor Leste membuat proses dekolonisasi tidak sempurna dan lengkap.


Apa yang membuat sebuah proses dekolonisasi dapat dipandang utuh dari perspektif Portugal saat itu?

Tidak hanya menghentikan aneksasi tetapi juga memberikan kesempatan kepada rakyat Timor Leste untuk menyatakan nasib mereka sendiri. Itu adalah prinsip referandum. Mayoritas rakyat Timor Leste mengatakan mereka memilih self-determination atau kemerdekaan.


Apakah pada saat itu Portugal menyadari bahwa blok Barat khususnya Amerika Serikat lebih mendukung Indonesia?

Tentu saja itu sangat jelas (vivid). Ketegangan antara kedua blok yang juga sangat jelas di Portugal.


Di era Perang Dingin, bagaimana posisi umum Portugal?

Tentu saja Anda tahu bahwa Portugal adalah founding member dari NATO (North Atlantic Treaty Organization). Dengan demikian kami berada di satu blok dan merupakan sekutu Amerika Serikat. Jelas kami ada di dalam aliansi. Tidak ada keraguan tentang hal itu.

Ketegangan antara blok Barat dan blok Uni Soviet juga terjadi di bekas koloni kami lainnya. Di Angola terjadi perang saudara. Perpecahan di antara kedua blok sangat intens di sana. Di Mozambik proses dekolonisasi juga sangat rumit.

Pada masa itu Portugal memiliki beberapa koloni, seperti Guinea Bisau, Cote d’Ivore (Pantai Gading), dan Sao Tome, Angola, Mozambik dan Timor Leste. Juga tiga teritori di India, yaitu Goa, Daman dan Diu. Portugal juga mengakui integrasi tiga teritori itu dengan India di tahun 1975.


Bagaimana Anda melihat kasus Papua? Apakah menurut Anda kedua kasus ini sama?

Tidak. Ini kasus yang berbeda. Kami tentu prihatin dengan kekerasan yang terjadi di sana, dan kami berharap pemerintah Indonesia dapat menyelesaikan masalah ini dalam kerangka konstitusi. Yang jelas, situasi di Papua dan Timor Leste berbeda.


***

Hal lain yang disampaikan Dubes Rui Carmo dalam wawancara adalah rencana kunjungan kapal latih milik Portugal, NRP Sagres, ke Indonesia pada bulan Juni 2020 mendatang. Pelayaran itu diselenggarakan dalam rangka memperingati 500 tahun pelayaran keliling dunia pertama yang dilakukan pelaut Portugis, Ferdinand Magellan (1480-1521), dan pelaut Spanyol, Juan Sebastian Elcano (1476-1526).

NRP Sagres disebutkan akan menempuh rute yang kurang lebih sama seperti yang ditempuh oleh Magellan dan Elcano pada masa itu.

Ekspedisi yang dipimpin Magellan disponsori Raja Spanyol Charles I, dengan tujuan utama untuk mencapai kepulauan rempah-rempah, atau Maluku. Armada Magellan yang terdiri dari lima kapal layar berangkat dari Seville pada 10 Agustus 1519. Lalu melintasi Samudera Atlantik dan menyusuri sisi timur Amerika Latin ke arah selatan. Armada Magellan tiba di perairan yang kini dikenal dengan nama Selat Magellan pada 21 Oktober 1520, sebelumnya akhirnya berbelok membelah Samudera Pasifik.

Dari ujung selatan Amerika Latin, armada Magellan berlayar menuju Filipina dan tiba di kepulauan itu di akhir Maret 1521. Di Filipina, Magellan menyebarkan agama Kristen di beberapa pulau, terutama di Cebu dan pulau-pulau di sekitarnya. Pada tanggal 21 April di tahun itu ia tewas diserang kelompok masyarakat di Pulau Mactan yang menolak agama yang dibawa pelaut-pelaut Eropa.

Setelah kematian Magellan, Elcano mengambil alih pimpinan armada yang kini hanya terdiri dari kua kapal dan meninggalkan Filipina menuju Kepulauan Maluku. Ia tiba di Ternate pada 6 November 1521. Dari Ternate, kedua kapal berlayar menuju ke selatan, melintasi Pulau Timor, lalu membelah sisi selatan Samudera India sebelum akhirnya tiba di Tanjung Harapan, Afrika Selatan, dan kembali berlayar ke utara menuju Seville.

Hanya satu kapal, Victoria, yang berhasil kembali ke Spanyol, 6 September 1522, dengan 21 awak. Menurut catatan, ekspedisi Magellan-Elcano menempuh jarak 81.449 kilometer.     


***


Bagaimana Anda melihat situasi global hari ini dibandingkan dengan situasi yang terjadi di masa itu (Perang Dingin)?

Sangat berbeda. Ini dunia yang berbeda. Lebih terintegrasi dibandingkan masa itu. Namun memiliki tantangan yang berbeda. Muncul kekuatan lain di panggung internasional dan tentu saja ada benturan kepentingan terjadi di beberapa bagian dunia.


Apakah hari ini lebih baik?

Well, untuk beberapa aspek, ya. Tetapi tantangan meningkat karena ada kesadaran bahwa Anda harus memainkan peran tertentu di panggung dunia. Gagasan blok kurang lebih menghilang. Tetapi tentu saja kita memiliki kepentingan yang berbeda, tidak hanya di sektor ekonomi, tetapi juga perspektif yang berbeda di antara negara-negara yang ada.

Saya tidak mau menunjuk (finger point) negara tertentu, tetapi tentu saja kita memiliki perspektif yang berbeda untuk beberapa hal.


Apakah yang terjadi di Inggris Raya, terkait kepercayaan negara itu terhadap Uni Eropa, juga merupakan sinyal bahwa saat ini kita memiliki dunia yang berbeda?

Iya. Proses yang sedang terjadi di dalam Uni Eropa terkait dengan Brexit juga merupakan proses yang tidak sederhana. Saya berharap pada akhirnya nanti akan ada kesepakatan yang dapat menjadi jembatan antara anggota Uni Eropa dengan Inggris Raya.

Tentu saja, keputusan dari referandum di sana harus dihormati karena itu adalah keputusan yang didasarkan pada kedaulatan rakyat. Apakah setuju atau tidak, kita kita harus menerimanya (to live with that).

Satu-satunya yang kita harapkan di masa depan, ada semacam perjanjian antara Inggris Raya dan Uni Eropa sebagai sebuah blok karena Inggris Raya adalah partner dan sekutu yang sangat penting. Inggris Raya adalah anggota NATO yang sangat penting.


Menurut Anda setelah Brexit apakah akan ada exit yang lain di Uni Eropa?

Saya harap tidak. Karena proyek Uni Eropa, sejak dimulai dari MEE (Masyarakat Ekonomi Eropa), adalah untuk membangun perdamaian dan meningkatkan kesejahtaraan di Eropa. Saya kira saat ini setiap orang menyadari, terlepas dari kritik yang kita terima terhadap Uni Eropa dalam menghadapi berbagai hal dalam kehidupan sehari-hari, bahwa solidaritas dan nilai-nilai yang kami miliki adalah pilar dari persatuan kami.

Saya dapat memberikan satu contoh mengenai hal ini. Di tahun 2011 ketika Portugal mengalami krisis ekonomi yang serius, keanggotaan kami di Uni Eropa sangat penting dalam menghadapi dan menangani krisis itu. Jadi bagi kami, sangat penting proyek Eropa berkelanjutan dengan solid.


Sebetulnya apa yang menjadi tujuan tertinggi dari proyek Eropa ini? Apakah federasi atau konfederasi, atau yang lain?

Tujuan dari Uni Eropa adalah untuk menyelesaikan beberapa hal yang belum selesai. Untuk memperkuat market internal dan untuk membangun sektor keuangan yang kuat terkait dengan sistem mata uang tunggal. Juga untuk memperkuat persatuan politik organisasi ini dalam rangka menjadikan Uni Eropa sebagai pemain politik yang penting di dunia, tidak hanya secara ekonomi tetapi juga politik dan keamanan.


Bagaimana Anda melihat Turki? Apakah ada peluang bagi Turki untuk menjadi anggota penuh Uni Eropa?

Negosiasi yang sedang terjadi sangat rumit. Apa yang akan terjadi di masa depan saya tidak bisa katakan.


Apa yang menjadi hambatan bagi Turki?

Ada beberapa perbedaan yang harus diselesaikan otoritas Turki. Seperti Anda tahu, proses negosiasi selalu sangat rumit.

Saya dapat katakan kepada Anda dalam kasus Portugal dibutuhkan 10 tahun negosiasi untuk menjadi anggota tetap Uni Eropa, dari tahun 1976 sampai kami diterima sebagai anggota penuh di tahun 1986. Penerimaan adalah proses yang tidak mudah. Ada banyak chapter karena integrasi berarti Anda harus mengadaptasi hal-hal legal dan mengharmonisasi sejumlah aspek.

Bahkan bagi kami setelah lebih dari 30 tahun menjadi anggota Uni Eropa, ini masih menjadi proses yang terus berlangsung.  rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.