Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Bela Bangsa

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/jaya-suprana-5'>JAYA SUPRANA</a>
OLEH: JAYA SUPRANA
  • Minggu, 02 Juni 2019, 22:58 WIB
Bela Bangsa
Ilustrasi/Net
DENGAN judul “Huawei Disanksi AS, Warga China Ganti “Hukum’ iPhone” kantor berita RMOL.id memberitakan bahwa raksasa teknologi asal China, Huawei telah secara resmi masuk daftar hitam di bursa perdagangan Amerika Serikat (AS).

Dampaknya, Huawei tidak diperkenankan memperoleh komponen dan suku cadang teknologi dari perusahaan Paman Sam tanpa adanya persetujuan dari pemerintah AS.
Bencana yang menimpa Huawei akibat sanksi tersebut belum usai. Pasalnya, Google kini juga memangkas beberapa pembaruan sistem operasi Android pada pembuatan ponsel Huawei. Artinya, ponsel pintar terbaru buatan Huawei nantinya akan kehilangan akses ke toko aplikasi Google (Playstore), berikut seluruh perangkat lunak Google seperti Gmail, YouTube, dan lainnya.

Respons

Langkah strategis AS untuk mengekang laju bisnis Huawei direspon oleh warga China. Telepon pintar besutan raksasa teknologi asal AS Apple, iPhone pun menjadi sasaran amarah warga China. Seperti laporan yang dirilis oleh laman South China Morning Post, 24 Mei 2019, pengguna ponsel pintar di China kini beralih dari iPhone ke Huawei sebagai bentuk kemarahan dan balas dendam terhadap AS.

Seorang manajer perusahaan besar di China memutuskan beralih dari iPhone 7 ke Huawei P30, sebagai langkah menujukkan dukungan untuk Huawei di tengah situasi sulit seperti ini.  Hal yang sama juga dilakukan oleh seorang pegawai di perusahaan komunikasi milik negara. Ia memiliki laptop Apple pun beralih ke laptop keluaran Huawei.  

"Memalukan tetap menggunakan iPhone ketika semua eksekutif perusahaan di China kini beralih ke perangkat Huawei," sebutnya dalam laporan itu, sebagaimana dikutip dari Al Jazeera, 25 mei 2019. "Memalukan menyimpan iPhone di saku Anda pada hari-hari ini," imbuhnya.

Xenofilia

Saya kagum atas gelora Semangat Bela Bangsa warga China dalam menghadapi produk China disanksi oleh Amerika Serikat. Terus-terang saya juga iri karena ternyata warga China benar benar mencintai produk dalam negeri jauh di atas produk luar negeri. Di negeri saya, banyak warga jauh lebih cinta produk luar negeri. Banyak yang asyik impor produk luar negeri demi secara lambat tapi pasti membinasakan produk dalam negeri.

Pendek kata wabah xenofilia alias cinta serba asing merajalela di persada Nusantara tercinta ini. Fakta bahwa sekitar 90% bahan industri farmasi Indonesia masih harus diimpor merupakan bukti betapa lemah Semangat Bela Bangsa di Indonesia. Pasar ponsel Indonesia dikuasai produk asing sementara sampai masa kini produk mobil nasional Indonesia lestari hanya merupakan cita-cita yang tak kunjung terwujud.

Game produk dalam negeri tidak dihiraukan oleh para e-sportler Indonesia yang fanatik menggemari produk game luar negeri sambil rajin membayar iuran Rupiah ke luar negeri. Produk jamu sebagai warisan mahakarya kebudayaan Nusantara malah dilecehkan sebagai produk kelas dua sehingga mustahil menjadi tuan di negeri sendiri. Sementara obat tradisional China leluasa merangsek masuk pasar dalam negeri Indonesia!

Bahkan ada warga negara Indonesia merasa bangga apabila bisa menjadi agen atau distributor tunggal produk asing. Warga Indonesia mendukung produk asing agar mampu menjajah pasar dalam negeri Indonesia dengan populasi hampir tiga ratus juta insan yang siap berperan sebagai konsumen. Juga ada saja pejabat yang berwenang memberi ijin lebih bersemangat memberi ijin bagi produk luar negeri ketimbang produk dalam negeri.

Deodoran

Kita harus belajar Semangat Bela Bangsa dari China! Namun apa yang kita pelajari dari China kemudian wajib kita dayagunakan demi membentengi kedaulatan ekonomi bangsa kita dari serbuan produk luar negeri termasuk produk China.

Naskah ini bukan profokasi proteksionisme apalagi rasialisme namun memang murni profokasi nasionalisme serta patriotisme! Naskah ini berupaya menjunjung tinggi kedaulatan ekonomi sebagai kubu-kubu ketahanan nasional menghadapi angkara murka neo-imperialisme ekonomi berkedok globalisme sebagai deodoran menutupi kebusukan penjajahan gaya baru.

Neo-imperalisme bukan secara militer tetapi ekonomi! Jika warga China bersemangat membela produk China, maka warga Indonesia juga tidak boleh kalah bersemangat membela produk Indonesia! Merdeka! rmol news logo article

Penulis adalah pembelajar Semangat Bela Bangsa

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA