Sejak kecil Malcolm X menunjukkan bakat dan kecerdasannya. Ia menjadi siswa unggul di sekolahnya namun keluar setelah seorang guru kulit putih mengatakan kepadanya bahwa menjadi pengacara, cita-cita terbesarnya pada saat itu, "bukanlah sebuah tujuan yang realÂistis untuk seorang negro". Hal itu membuat Malcolm merasa bahwa dunia orang kulit putih tidak memberi tempat bagi orang kulit hitam, terlepas dari bakatnya. Setelah tinggal di berbÂagai panti asuhan, pada usia 15, ia tinggal denÂgan kakak tirinya, Ella Little Collins, di Roxbury, Boston, lingkungan yang sebagian besar dihuÂni orang Afrika-Amerika dari Boston, di mana ia mengerjakan berbagai pekerjaan. Setelah tinggal sebentar di Flint, Michigan, ia pindah ke Harlem, New York, salahsatu kota metropolitan terpadat di dunia.
Latar belakang keluarganya juga termasuk warga AS yang patriotik. Ayahnya sendiri tewas dibunuh para pendukung supremasi kulit putih. Ketika ia masih anak-anak, salah satu dari pamannya tewas dalam kondisi memilukan karena perjuangannya begitu gigih melawan. Ketika ia masih kecil, ibuÂnya dimasukkan ke rumah sakit jiwa, dan dia sendiri ditempatkan di beberapa panti asuÂhan. Setelah menginjak kedewasaan ia pun dijebloskan ke penjara dalamtahun 1946. Di dalam penjara, ia belajar dan bergabung dari kelompok narapidana muslim lainnya. TerÂmasuk ia menkadi anggota Nation of Islam dan setelah pembebasan bersyaratnya pada tahun 1952, ia dengan cepat naik menjadi salah satu pemimpin organisasi tersebut. Selama belasan tahun ia menjadi trend setÂter kelompok muslim di penjara. Ia semula termasuk tokoh eraliran keras saat ia berada di penjara, bersama-sama dengan kelomÂpok masyarakat Timur Tengah. Dalam tahun 1964 ia semakin berobsesi besar mengemÂbangkan Islam di AS dengan berbagai cara.
Aktifitas pergerakannya semakin intensif daÂlam tahun 1965 karena pemerintah AS merÂubah pola pemikiran keaswajahan. SekemÂbalinya dari negara-negara Afrika dan Timur Tengah, ia kembali ke AS. Ia mendirikan MusÂlim Mosque, Inc. dan Organisasi Persatuan AfÂro-Amerika. Keyakinan Malcolm X berubah seÂcara substansial dari waktu ke waktu, terutama ketika ia menjadi Juru Bicara Nation of Islam, yang mengajarkan supremasi kulit hitam dan memperjuangkan pemisahan kulit hitam dan putih. Malcolm X meninggalkan nama yang cuÂkup disegani karena menjadi symbol perlawaÂnan kelompok minoritas di AS.